LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIARE AKUT
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIARE AKUT KARENA INFEKSI
KONSEP MEDIS
Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Penyebab
Diare akut
karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli,
Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella
dysentriae,
dysentriae,
Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus,
Clostridium
Clostridium
perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp,
Streptococcus sp,Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
Streptococcus sp,Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa
(Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis,
Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus,
T. trichiura, O.velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium)
Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus,
T. trichiura, O.velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien
dewasa yang dirawat di bangsal
diare akut didapatkan hasil isolasi
penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa
(18 %) dan Aeromonas sp. (14 %).
penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa
(18 %) dan Aeromonas sp. (14 %).
Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
hari yang berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi
cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt
diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar.
Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah
150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas
usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Patogenesis
Dua hal umum
yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor
kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut
yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus
intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora
normal usus.
Penurunan
keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi
terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama
waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen
sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi
Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain
membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan
terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya
perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus yang normal.
Faktor
kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk
koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Berdasarkan
kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri dibedakan atas:
1. Bakteri non-invasif
(enterotoksigenik)
Misalnya V.
cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli (ETEC) dan C. perfringens tidak
merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-
30 menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga
tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja.
merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-
30 menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga
tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja.
2. Bakteri enterovasif
Misalnya
Enteroinvasive E. Coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, dan
C. perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens.
Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi
oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis.
C. perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens.
Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi
oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis.
Manifestasi
Klinis
Diare akut
karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi
yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus,
berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda
denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria.
Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Prinsip
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1.
Rehidrasi
sebagai prioritas utama terapi.
2.
Tata kerja
terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.
Memberikan
terapi simtomatik
4.
Memberikan
terapi definitif.
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak dipasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja.
cukup banyak dipasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja.
Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl
isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan
oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl
isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan
oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2)
Jumlah
cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan
cara/rumus:
-
Mengukur BJ
Plasma
Kebutuhan
cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma –
1,025
----------------------
x BB x 4 ml
0,001
-
Metode
Pierce
Berdasarkan
keadaan klinis, yakni:
* diare
ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare
sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare
ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
-
Metode
Daldiyono
Berdasarkan
skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa
haus/muntah
= 1
* BP
sistolik 60-90
mmHg
= 1
* BP
sistolik
= 2
* Frekuensi
nadi >120
x/mnt
= 1
* Kesadaran
apatis
= 1
* Kesadaran
somnolen, sopor atau koma = 2
* Frekuensi
napas >30
x/mnt
= 1
* Facies
cholerica
= 2
* Vox
cholerica
= 2
* Turgor
kulit
menurun
= 1
* Washer
women’s
hand
= 1
*
Ekstremitas dingin
= 1
*
Sianosis
= 2
* Usia 50-60
tahun
= 1
* Usia
>60
tahun
= 2
Kebutuhan
cairan =
Skor
-------- x
10% x kgBB x 1 ltr
15
3)
Jalan masuk
atau cara pemberian cairan
Rute
pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan
orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan
1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya
pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan
1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya
pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal
secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3
didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya.
Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
2.
Tata kerja
terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk
mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan
keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan
biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan
biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ
plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik
pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi
Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi
amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ
plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik
pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi
Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi
amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara
klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1)
Koleriform,
diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2)
Disentriform,
diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-
kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas
dapat diarahkan sesuai manifestasi klinis diare.
kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas
dapat diarahkan sesuai manifestasi klinis diare.
3.
Memberikan
terapi simtomatik
Terapi
simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare
yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu
kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare
yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu
kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
4.
Memberikan
terapi definitif.
Terapi
kausal dapat diberikan pada infeksi:
1)
Kolera-eltor:
Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2)
V.
parahaemolyticus,
3)
E. coli,
tidak memerluka terapi spesifik
4)
C.
perfringens, spesifik
5)
A. aureus :
Kloramfenikol
6)
Salmonellosis:
Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon
seperti Siprofloksasin
seperti Siprofloksasin
7)
Shigellosis:
Ampisilin atau Kloramfenikol
8)
Helicobacter:
Eritromisin
9)
Amebiasis:
Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
10)
Giardiasis:
Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
11)
Balantidiasis:
Tetrasiklin
12)
Candidiasis:
Mycostatin
13)
Virus:
simtomatik dan suportif
KONSEP KEPERAWATAN
Riwayat
Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Gelisah dan ansietas
Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Gelisah dan ansietas
2. Sirkulasi:
Tanda:
Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri
Hipotensi
Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri
Hipotensi
Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
3. Integritas
ego:
Gejala:
Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda:
Respon menolak, perhatian menyempit, depresi
Respon menolak, perhatian menyempit, depresi
4.
Eliminasi:
Gejala:
Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
Bising usus menurun atau meningkat
Oliguria/anuria
Bising usus menurun atau meningkat
Oliguria/anuria
5.
Makanan dan cairan:
Gejala:
Haus
Anoreksia
Mual/muntah
Penurunan berat badan
Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Haus
Anoreksia
Mual/muntah
Penurunan berat badan
Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda:
Penurunan lemak sub kutan/massa otot
Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
Penurunan lemak sub kutan/massa otot
Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6.
Hygiene:
Tanda:
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Badan berbau
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Badan berbau
7. Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defeka
Tanda:
Nyeri tekan abdomen, distensi.
Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defeka
Tanda:
Nyeri tekan abdomen, distensi.
8. Keamanan:
Tanda:
Peningkatan suhu pada infeksi akut,
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
Lesi kulit sekitar anus
Peningkatan suhu pada infeksi akut,
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
Lesi kulit sekitar anus
9. Seksualitas:
Gejala:
Kemampuan menurun, libido menurun
Kemampuan menurun, libido menurun
Interaksi sosial:
Gejala:
Penurunan aktivitas sosial
Gejala:
Penurunan aktivitas sosial
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat anggota keluarga dengan diare
Proses penularan infeksi fekal-oral
Personal higyene:
Riwayat anggota keluarga dengan diare
Proses penularan infeksi fekal-oral
Personal higyene:
Rehidrasi
Tes
Diagnostik
Lihat konsep
medis.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d
kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik,
iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan b/d perubahan status
kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis,
perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Dx.1
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Intervensi
dan Rasional:
1. Berikan cairan parenteral sesuai
dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2. Pantau intake dan output.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
3. Kaji tanda vital, tanda/gejala
dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4. Kolaborasi pelaksanaan terapi
definitif.
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Dx.2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Intervensi
dan Rasional:
1. Pertahankan tirah baring dan
pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolik.
Menurunkan kebutuhan metabolik.
2. Pertahankan status NPO (puasa)
selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera
mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
3. Kolaborasi pemberian roborantia
seperti vitamin B 12 dan asam folat.
Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi
Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi
vitamin
B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang,
meningkatkan produksi SDM.
meningkatkan produksi SDM.
Defisiensi
asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
4. Kolaborasi
pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi
lebih lanjut.
Dx.3
Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Intervensi
dan Rasional:
1. Atur posisi
yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan abdomen.
Menurunkan tegangan abdomen.
2. Lakukan
aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen.
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
punggung dan kompres hangat abdomen.
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping.
3. Bersihkan
area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit.
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
perawatan kulit.
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4. Kolaborasi
pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5. Kaji keluhan
nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.4
Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status
sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
Intervensi
dan Rasional:
1. Dorong klien
untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
mekanisme koping yang tepat.
Membantu
mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan
masalah.
masalah.
2. Tekankan
bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain
yang mengalami masalah yang sama dengan klien.
yang mengalami masalah yang sama dengan klien.
Membantu
menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian.
orang yang mengalami masalah yang demikian.
3. Ciptakan
lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
4. Kolaborasi
pemberian obat sedatif bila diperlukan.
Dapat
digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi.
5. Kaji
perubahan tingkat kecemasan (misalnya dengan indeks HARS)
Mengevaluasi
perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.5
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.
Intervensi
dan Rasional:
1. Kaji
kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang
penyakit dan perawatannya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
penyakit dan perawatannya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan
sebelumnya.
2. Jelaskan
tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
aktivitas sehari-hari.
aktivitas sehari-hari.
Pemahaman
tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien.
keluarga dalam proses perawatan klien.
3. Jelaskan
tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul.
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
efek samping yang mungkin timbul.
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan
tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri.
Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito
(2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,
Jakarta
Doenges at
al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price
& Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman
& Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP
FKUI, Jakarta.