SENGATAN
LISTRIK
1. Defenisi
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah
disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam
kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya
arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena
kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga
dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik,
terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga muncul
tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita.
Kesetrum adalah fenomena yang
terjadi karena adanya arus yang resistansi dengan plasma darah dalam tubuh
kita. Arus terjadi karena ada perpindahan elektron dan proton, pergerakan arus
yang terhambat akan menghasilkan energy panas.
2. Etiologi Sengatan Listrik
Penyebab terjadinya sengatan listrik bukan karena tegangan listrik,
tetapi karena adanya arus listrik yang mengalir. Sebenarnya arus listrik
pun memang sudah ada di tubuh kita sebagai pengantar informasi dari indera ke
otak (seperti sensor dan prosesor).
Seseorang bisa tersengat listrik
karena ada banyak kemungkinan, antara lain :
a. Menyentuh kabel terbuka berarus
listrik
b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya
rusak
c. Kegagalan peralatan
d. Terkena muatan listrik statis
e. Disambar petir (akan dibahas khusus
dalam proteksi petir.
3. Patofisiologi
Ketika terjadinya kontak antarabagian tubuh manusia
dengan suatu sumber tegangan listrik yang cukup tinggi, kejadian itulah yang
mampu mengakibatkan arus listrik mengalir kedalam tubuh manusia tepatnya
melalui. Arus listrik memiliki sifat sifat mengalir dari pontensial tinggi ke
potensial rendah. Dalam kasus sehari- hari sumber tegangan listrik ini memilki
potensial tinggi, sementara bumi tempat berpijak memilki potensial rendah.
Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan arusnya kebumi. Pada saat terjadi kontak
antara manusia dengan sumber tegangan saat manusia ini meninjak bumi, maka
tubuh manusia ini akan menjadi suatu konektor antara sumber tegangan dengan
bumi. Perlu diingat bahwa tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air,
sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang baik, karena air merupakan
konduktur yang baik. Saat terkena sengatan listrik, arus listrik menimbulkan,
gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul
akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar
ini timbul akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500oC.
Tegangan lebih baru 500 volt merupakan reesiko tinggi terhadap keselamatan
jiwa. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang – kejang. Bila
arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja sudah cukup
untuk menimbulkan jantung (fiblilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik
terpegang olh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik
tersebut menimbulkan kontraksi dari otot – otot jari tangan. Otot fleksor atau
otot mengenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik
tengangan tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila
menganai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah,
arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak balik.
Kelancaran arus masuk ketubuh tergantung juga basah
atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau
lembab, arus listrik akan mudah masuk kedalam tubuh. Pada tempat masuk arus
listrik, akan tampak luka masuk yang merupa luka bakar sedangkan pada tempat
luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit
ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh darah akan dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebakan
kematian jaringan.
Kadang lukabakar yang tampak dari luar tampak ringan
tetapi kerusakan jaringan yang lebih
dalam, luas dan berat. Kerusakan otot yang berat dapaat terlihatpada kencing yang
berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam – macam.
Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau tergolong fatal
yang merupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah
terjadinya luka bakar.
4. Manifestasi Klinis Tubuh Terhadap Sengatan Listrik
Arus listrik menimbulkan gangguan
karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat
tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga
api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500 derajat celcius. Tegangan lebih
dari 500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik
menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui
jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan
gangguan jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang
oleh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut
menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau otot
menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tegangan
tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila mengenai
kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus
searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik.
Kelancaran arus masuk ke tubuh
tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik.
Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan mudah masuk ke dalam tubuh.
Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak luka masuk yang berupa luka
bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar.
Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh
darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat
menyebabkan kematian jaringan.
Kadang luka bakar yang tampak
dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam luas dan
berat. Kerusakan otot yang berat dapat terlihat pada kencing yang berwarna
gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan
ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa
bermacam-macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau yang
tergolong fatal berupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik
adalah terjadinya luka bakar.
5. Gambaran Klinis
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai
efek langsung arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari
panas yang diteruskan oleh jaringan.
Energy terbesa rterjadi pada titik kontak sehingga kerusakan jaringan pada
daerah tersebut harus diobservasi lebih baik.
Luka keluar sengatan listrik lebih besar dari pada
luka masuk. Bila sengatan listrik masuk kedalam tubuh, kerusakan terbesar
terjadi pada jaringan saraf, pembuluh darah dan otot. Sengatan listrik dapat
mengakibatkan nekrosis berupa koagulasi, kematiansaraf, dan kerusakan pembuluh darah. Luka yang
ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis atau kerak dari pada luka
bakar termal. Karena ukuran dari luka karena sengatan listrik tidak berkolerasi
baik dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang
dalam sangat penting. Luka traumatic sering terjadi bersamaan dengan sengatan
listrik.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap
: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/ kehilangan cairan.
b. Elektrolit serum :
kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi
ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
c. Alkalin fosfat :
peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/ gangguan pompa
natrium.
d. Urine : adanya
albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
e. Foto rontgen dada :
untuk memastikan cedera inhalasI
f. Scan paru : untuk
menentukan luasnya cedera inhalasi
g. EKG untuk mengetahui
adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
h. BUN dan kreatinin
untuk mengetahui fungsi ginjal.
i.
Kadar karbon
monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
j.
Bronkoskopi membantu
memastikan cedera inhalasi asap.
k. Albumin serum dapat
menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar selanjutnya.
7. Diagnosa
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler,
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan osmotic koloid
kapiler, peningkatran kehilangan evaporative.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi saluran nafas atas; oedema
laring & hipersekresi mukus.
c. Pertukaran gas yang berhubungan dengan cedera alveolar, keracunan karbon
monoksida dan atau cedera inhalasi.
d. Perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan edema seluruh
tubuh, jaringan avaskuler, penurunan haluaran jantung, dan hipovolemia.
e. Nyeri berhubungan dengan stimulasi terhadap sensor nyeri yang terpajan.
f. Kerusukan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, edema.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, pertahanan
primer tidak adekuat.
INTERVENSI
Diagnosa Keperewatan
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Resiko tinggi infeksi b/d sistem imun tidak adekuat : Kerusakan
perlindungan traumatik, penurunan Hb, penekanan respon inflamasi
|
Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi : tak
ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
|
1.
Pantau :
- Penampilan
luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan diatas sisi tandur
bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4
jam
- Jumlah
makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
2.
Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan
jaringan nekrotik (debridemen) sesuai pesanan,
3.
Implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup dengan balutan atau opsite.
4.
Lepaskan krim
lama dari luka sebelum pemberian krim baru.
5.
Gunakan sarung tangan steril dan berikan krim antibiotika
topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.
6.
Berikan krim secara menyeluruh diatas luka
7.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau
|
1. mengidentifikasi
indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. pembersihan
dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
3. antimikroba
topikal membantu mencegah infeksi.
4. mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari
infeksi.
5. kulit yang
gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri temuan-temuan
ini menandakan infeksi.
6. kultur
membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang
tepat dapat diresepkan.kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan
infeksi
7. tekhnik
steril dan tindakan perawatan perlindungan lain melindungi.
|
2. Defisit volume cairan b/d peningkatan
permiabilitas kapiler, peningkatan tekanan osmotic koloid kapiler,
peningkatan/ kehilangan evaporative.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan status cairan dan
biokimia membaik. Kriteria evaluasi :
Tak ada manifestasi dehidrasi
Elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine
diatas 30 ml/jam.
|
1.
Awasi tanda vital , CVP, perhatikan kapiler.
2.
Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya.
3.
Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi
4.
Resolusi oedema perkirakan drainase luka dan
kehilangan yang tampak.
5.
Timbang berat badan setiap hari, ukur lingkar,
ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi.Selediki perubahan mental
6.
Observasi distensi abdomen, hematomesi, feses hitam.
7.
Kolaborasi dengan tim medis Awasi hasil pemeriksaan.
|
1. Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler.
2. Penggantian cairan dititrasi untuk menyakinkan
rata-rata pengeluaran urine 30-50cc/jam pada orang dewasa
3. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif
karena adanya darah dan keluarnya mioglobin.
4. Permeabilitas kapiler,perpindahan protein,proses
inflamasi dan kehilangan cairan
5. Penggantian cairan tergantung pada berat badan
pertama dan perubahan selanjutnya memperkirakan luasnya oedema.
6. Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat
mengidikasikan ketidakadekuatan volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral
7. observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis
atau reflek urine memungkinkan infus cairan cepat.
|
3. Nyeri b/d
stimulasi terhadap sensor nyeri terpajan.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari
ketidaknyamanan. Kriteria evaluasi :
- menyangkal nyeri,
-melaporkan perasaan nyaman
-Ekspresi wajah dan postur tubuh rileks
|
1.
Berikan analgesik narkotik yang direpkan prn dan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka
2.
Evaluasi keefektifannya
3.
Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.
4.
Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu
ruangan dan berikan selimut ekstra untuk menberikan kehangatan.
5.
Berikan ayunan diatas tempat tidur bila diperlukan
6.
Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila
diperlukan.
7.
Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khusus
pasien yg tidak bisa membalikan badan sendiri.
|
1. Analgesik
narkotik diperlukan untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat.
2. Absorbsi obat
IM buruk pada pasien
3. Dengan luka
bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler
4. Panas dan air
hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipotermia.
tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
5. Menurunkan
nyeri dengan mempertahankan berat bdan jauh dari line tempat tidur terhadap
luka dan menurunkan pemajanan ujung syaraf pada aliran udara.
6. Menghilangkan
tekanan pada tonjolan tulang dependen
8. Dukungan pada luka bakar selama
gerakan membantu meminimalkan ketidaknyamanan.
|
4. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, disfungsi neorovaskuler
perifer b/d penurunan aliran darah arteri atau vena, contoh luka bakar
sekitar ekstermitas dengan odema.
|
Pasien menunjukan serkulasi tetap adekuat. Kriteria
hasil evaluasi warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi
ferifer dapat diraba.
|
1.
Kaji TTV pasien sesering mungkin.
2.
Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau
luka bakar listrik, pantau status neorovaskuler dari ekstermitas setiap dua
jam.
3.
Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan.
4.
Beritahu dokter bila terjadi nadi berkurang,
pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensai. Siapkan untuk pembedahan
eskarotomi sesuai pesanan.
5.
Pantau keadaan umum.
|
1.
untuk mengetahui perkembangan pasien.
2.
Mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
3. Meningkatkan aliran balik vna dan mnurunkan pembengkakan.
4. Temuan-temuan ini menandakan kerusakan distal. Dokter dapat mengkaji
tekanan jaringan untuk menentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah untuk
memperbaiki sirkulasi adekuat.
5. Untuk mengetahuai keadaan umum pasien.
|