Makalah dan Askep CHF (Congestive Heart Failure)



ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA NY. D DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DIRUANG ICU RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG







KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang " ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY. D DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE DI RUANG ICU RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG " makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. 
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :
1.        Bapak Ns. Wijanarko Heru, S.kep selaku Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kritis
2.        Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
 
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.




                                                                                                               Semarang, 30 Juni 2016



                                                                                                                             Penyusun







BAB I

PENDAHULUAN



    Latar Belakang

Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai gagal jantung. Kondisi tersebut dinamakan faktor resiko. Faktor resiko yang ada dapat dimodifikasi artinya dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi dan faktor resiko yang non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat dikontrol. contohnya ras, dan jenis kelamin. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
jantung secara keseluruhan.
Gagal jantung kongestif (Congestif Heart Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit lain, seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain.
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5 – 10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjad 30 – 40% pada gagal jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Sedangkan pada tahun 2005 di jawa tengah terdapat 520 penderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar lansia yang di diagnosis CHF tidak dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.




BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Definsi
Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald).
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius dimana jumlah darah yang masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat makanan.terkadang orang salah mengartikan gagal jantung dengan henti jantung, jika gagal jantung adalah berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

B. Etiologi

1.      Kelainan otot jantung 
          Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2.       Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel  jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3.      Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4.      Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5.       Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
6.       Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
7.       Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan fungsional:
a. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
b. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
c. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
d. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.

D. Pathways 




E. Manifestasi klinis
       Tanda dominan :
      Meningkatnya volume intravaskuler
      Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah       jantung. 
      Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi. 
      Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
1.       Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).
2.       Batuk.
3.      Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
4.       Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
Kongestif jaringan perifer dan visceral
a. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting, penambahan BB.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena hepar
c. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen
d. Nokturia
e. Kelemahan

F. Pemeriksaan diagnostik
        Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik. Pengukuran tekanan preload, 
         afterload dan curah jantung dapat diperoleh melalui lubang-lubang yang terletak pada berbagai 
         interfal sepanjang kateter. Pengukuran CVP (N 15 – 20 mmHg) dapat menghasilkan pengukuran 
         preload yang akurat. PAWP atau Pulmonary Aretry Wedge Pressure adalah tekanan penyempitan 
         aretri pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolic ventrikel kiri. Curah jantung 
         diukur dengan suatu lumen termodelusi yang dihubungkan dengan komputer.

G. Penatalaksanaan
1. Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori :
a. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik:
1) Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
2) Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
3) Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung
b. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
1) Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
2) Mencatat intake dan output
3) Menimbang berat badan
4) Restriksi garam/diet rendah garam      

3. Mencegah terjadinya komplikasi
· Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
· Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
· Merubah posisi tidur
· Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis
· Memeriksa atau memonitor EKG

4. Pengobatan pembadahan Komisurotomi
Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial.  Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum  timbul gagal jantung.

5. Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian obat-obatan   
     serta mencegah kekambuhan
· Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
· Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat
· Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
· Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin
· Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala
· Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik 
 
6. Terapi Farmakologis :
·      Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
·       Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
·      Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
7. Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema.

 H. Proses keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer

- Airway  :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll

- Breathing  :
      Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal

- Circulation :
            Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema

b. Pengkajian Sekunder

- Aktifitas/istirahat
                                              Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
- Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
- Eliminasi
                                                     Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare / konstipasi
- Makanana/cairan
                                       Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
- Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
- Neurosensori
                                                 Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

- Nyeri/kenyamanan
                                                 Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah

- Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

c. Pemeriksaan Diagnostik


      - Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

      - EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram

      - Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan perfusi jaringan b.d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli, kemungkinan dibuktikan oleh:
- Daerah perifer dingin, Nyeri dada
- EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead tertentu.
- RR lebih dari 24 kali per menit, Nadi > 100 X/menit
- Kapiler refill lebih dari 3 detik
- Gambaran foto toraks terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru
- HR lebih dari 100X/menit, TD > 120/80 mmHg, AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan saturasi < 80 mmHg.
- Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tidak sianosis,gambaran EKG tak menunjukkan perluasan infark, RR 16-24 X/mnt, clubbing finger (-), kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100X/mnt, TD 120/80 mmHg.
Rencana Tindakan :
- Monitor frekuensi dan irama jantung
- Observasi perubahan status mental
- Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
- Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
- Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
- Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG, elektrolit, GDA (pa O2, pa CO2 dan saturasi O2), dan pemeriksaan oksigen


b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
Tujuan :
Jalan nafas efektif  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada secret, suara nafas normal
Intervensi :
- Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan.
- Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronchi, dll
- Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas misal batuk, penghisapan lendir, dll
- Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
- Kaji toleransi aktifitas misal keluhan kelemahan/kelelahan selama kerja


c. Kemungkinan terhadap kelebihan volume cairan ekstravaskuler b.d penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan dalam area interstisial / jaringan
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama di rawat di RS
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema dependen, paru bersih dan BB ideal (BB ideal = TB – 100 ± 10%)
Intervensi :
- Ukur masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
- Observasi adanya oedema dependen
- Timbang BB tiap hari
- Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
- Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic
- Kaji JVP setelah terapi diuretic
- Pantau CVP dan tekanan darah

d. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegali, kemungkinan dibuktikan oleh : perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, gangguan pengembangan dada, GDA tidak normal.
Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatab selama di RS, RR normal, tidak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan dan GDA normal.
Intervensi :
- Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada
- Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
- Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
- Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.
- Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.

e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antar suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miokard, kemungkinan dibuktikan oleh : gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam katifitas, terjadinya disritmia dan kelemahan umum.
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan.
Kriteria :
Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
- Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
- Tingkatkan istirahat (ditempat tidur)
- Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat
- Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan






 BAB III
TINJAUAN KASUS


Pengkajian dilakukan Tanggal : 13/06/2016   Jam 12.00 Wib

A.    IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien                   : Ny.D
TTL                                   : 10/06/1976
Umur                                : 54 tahun
Jenis kelamin                  : Perempuan
Agama                               : Islam
Pendidikan                       : SMP
Alamat                               : Semarang
Pekerjaan                          : Buruh
Tanggal masuk                 : 10-06-2016
No CM                                : 11.30.15
Diagnosa Medis                : CHF

Nama Penanggung Jawab
Nama                                   : Tn. S
Pendidikan                         : SMP
Alamat                                 : Semarang
Agama                                  : Islam
Pekerjaan                            : Buruh
Hubugan dengan pasien  : Suami

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak napas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien megatakan sesak napas sudah 1 minggu, dan kakinya bengkak kurang lebih sudah 3 minggu. Pasien dibawa di IGD RS ROEMANI MUHAMMADIYAH pada tanggal 10/06/2016 jam 13.00 WIB, TD : 190/95 mmHg, N : 100 x/menit, RR: 28 x/menit. Kemudian pasien masuk ICU jam 15.00 WIB dengan keluhan sesak napas, KU lemah, Kesadaran composmentis, saat dikaji TD : 182/95 mmHg, N : 99 x/menit, RR : 27 x/menit, S: 37 0C.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini dan sampai di bawa ke rumah sakit dan di opname di rumah sakit, klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya  tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini, tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular.

C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan napas pasien, tidak ada bunyi napas tambahan.
Dx : -
2. Breathing
Menggunakan otot tambahan, RR : 27 x/menit, napas tidak ada cuping hidung, terpasang O2 nasal kanule 3 liter/menit, irama jantung ireguler/tidak teratur, kedalaman napas dangkal, tidak terpasang ventilator.
Dx : ketidakefektifan pola napas b.d
3. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit hangat, CRT < 3 detik. TD 183/98 mmHg, N : 100 x/menit, S: 37 0C, tidak terdapat perdarahan.
Dx : -
4. Disability
Tingkat kesadaran Composmentis, GCS 13 = E4 M4 V5, Pupil isokor, diameter pupil 2 mm kanan dan kiri, ekstremitas bawah lemah, nilai kekuatan otot
2 | 2
2 | 2 

Dx : -
5. Eksposure
Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak ada fraktur
Dx : -

D.  PENGKAJIAN SEKUNDER
· Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum    : Lemah
Kesadaran              : Composmentis          GCS 13 = E 4 M 4 V5
Tanda-tanda vital :
Td     :183/98 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR    : 27 x/ menit
S        : 37 0 C
SpO2 : 99 %
Kepala                      : Mesosephal, rambut hitam, tidak rontok dan bersih
Mata                         : cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung                    : Bersih, tidak ada discharge, tak ada nafas cuping hidung.
Mulut                       : Bersih mukosa bibir kering, tidak ada sianosis.
Telinga                     : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Leher                        : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
Dada                         : Simetris, ada retraksi otot dada, pengembangan dada simetris.
Jantung                    :
               I    : Ictus kordis tak tampak
               Pa : ictus kordis teraba di SIC IV& V mid klavikula
               Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
               A   : Bunyi jantung murni BJ  I-II
Paru                          :
                I    : Ada otot bantu pernpasan
                Pa : Vocal premitus kanan dan kiri sama
                Pe : Sonor di seluruh lapang paru
                A   : Ronkhi.
Abdomen                :            
                       I    : Perut tampak datart, simetris
                 Au : Bising usus 11 x/menit
                 Pa  : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
                 Pe  : timpani
Genetalia                 : Bersih, terpasang DC, keluaran urine 100 cc/jam
Ektremitas              : Normal, tidak sianosis, kapilery refill time < 3 detik, tidak ada oedem, 
                                    ekstremitas bawah mengalami kelemahan
Kulit                         : kulit tampak sedikit kering, sawo matang dan, turgor kulit baik.


E.   POLA PENGKAJIAN FUNGSIONAL
a)    Pola persepsi terhadap kesehatan
Sebelum dan selama sakit pasien mengatakan bahwa kesehatan atau menjagga kesehatan merupakan hal yang penting dalam keluarga
b)   Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit pasien mengatakan makan rutin 3x sehari denggan porsi sayur dan lauk pauk, dan saat sakit pasien di beri makanan yang disediakan oleh rumah sakit pasien menghabiskn porsi yang diberikan, pasien minum kurang lebih sehari 7 gelas
c)    Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami masalah gangguan BAK ataupun BAB, pasien BAB 1x sehar dengan konsistensi lembek warna kuning kecoklatan bau khas feses dengan frekuensi kurang lebih 100 cc dan BAK sehari kurang lebih 6-7 perhari. Saat sakit pasien mengatakan BAB 1x sehar dengan konsistensi lembek warna kuning kecoklatan bau khas feses dengan frekuensi kurang lebih 100 cc dan BAK melalui kateter, output urine 100 cc/jam/ warna kuning jernih
d)   Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
 Makan dan minum
ü   




Mandi


ü 


Tolieting


ü 


Berpakaian


ü 


Berpindah


ü 


Keterangan :
0 : mandiri 
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain degan alat bantu
4 : tergantung total

e)    Pola istirahat dan Tidur
Sebelum dan selama sakit pasien menggatakan tidak menggalami gangguan istirahat tidur, pasien tidur kurang lebih 6-8 jam per hari
f)    Pola persepsi dan sensori
Pasien tidak menggunaakan alat bantu pendengaran maupun penglihatan, kemampuan kognitif mengingat dan berbicara serta memahami tidak ada masalah . Persepsi sensori tidak ada keluhan
g)   Pola hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan baik saat sakit atau sebelum sakit tidak ada masalah hubungan dengan keluarga dan orang lain terjalin dengan baik, saat sakit pasien juga sering di jenguk oleh saudara maupun tetangganya
h)   Pola reproduksi dan seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan memiliki anak 2, laki-laki dan perempuan. Pasien juga mengatakan masih melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan seksual
i)    Pola persepsi diri dan konsep diri

·         Pola persepi diri : pasien megatakan ingin cepat sembuh dan ingin berkumpul dengan keluarga
·         Status emosi      : pasien merasa cemas karena penyakitnya tidak berangsur sembuh
·         Konsep Diri        :
1)      Body image : pasien tidak ada masalah dengan keadaanya
2)      Peran diri     : Pasien adalah seorang ibu
3)      Ideal diri      : Pasien yakin jika penyakitnya bakal sembuh
4)      Identitas diri : pasien adalah seorang Perempuan

j)    Pola mekanisme koping
Dalam menghadapi ketika sakit, pasien hanya berserah diri pada Allah SWT
Agar diberi kesembuhan dan pasien juga berusaha beribadah selama sakit
k)   Pola persepi dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah
l)    Pola Komunikasi
   Sebelum sakit      : pasien bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
   Saat dikaji            : pasien kooperatif dapat berinteraksi dengan perawat.
m)  Kebutuhan spiritual         
   Sebelum sakit      : pasin selalu beribadah sholat 5 waktu dan mengikuti .
   Saat dikaji            : pasin mengatakan hanya berdoa ditempat tidur.

F. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan EKG
   Kesan : ditemukan hasil EKG AF ( Atrial Fibrilasi)
2. Hasil Laboratorium
            Hasil pemriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2016 jam 15.16 WIB

Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
Leokosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MeV
MeH
MeHe
Kimia Klinis
GDS
Ureum
Creatinin


10,5
9,3
34
4,4
438
78
24
31

136
75,5
1,64

g/dl
10^/ul
%
10^6/ul
10^3/ul
u/L
pg
g/dl

mg/dl
mg/dl
mg/dl

11,7-15,5
4,0-10,0
35-47
3,8-5,2
150-400
80-100
26-34
32-36

70—150
< 50
0,45-0,75

Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Kimia Klinik
CK-MB
Tropomn T
Elektrolit
Kalium
Natrium
Clorida
Calsium
Magnesium


7
0,11

3,8
133
103
8,0
1,6

u/L
mg/ml

mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dl
mg/dl

0-24


3,5-5
135-147
95-105
8,6-10,5
1,8-3

       3. Terapi Obat
                      1. RL 12 tpm
                      2. Inj gluconas
                      3. Inj fasorbit      20 mikro/menit (syringpump)
                      4. Inj furosemid  20 mikro/menit (syringpump)
                      5. O2 3 liter/menit



Analisa Data
Nama   : Ny. D
Umur   : 54 tahun

No.
Data Fokus
Etiologi
Problem
Ttd
1
Ds : pasien mengatakan sesak   
        nafas
Do : -RR 27 x/menit
        -Terpasang O2 3 liter/menit
        -Ada otot bantu pernapasan
        -Pola nafas tidak efektif
        - Kedalaman pola napas
         Dangkal
        -Ada bunyi tambahan      ronkhi

Penurunan ekspansi paru
Ketidak efektifan pola nafas

2
Ds : Pasien mengatakan sesak   
        nafas
Do : -Pasien mampu duduk
        -RR 27x/menit
        -TD 183/98 mmHg

Perubahan kontraktilitas
Resiko penurunan curah jantung

3
Ds :-Klien mengatakan sesak 
        Nafas
       -Klien mengatakan lemah
Do :-Klin tampak keltihan/lemah
       -Klin tampak tirah baring  
         ditempat tidur
       -Terpasang O2  3 liter/menit
       -TD 183/98
       -RR 27 x/menit
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intoleransi aktivitas






Diagnosa Keperawatan

Nama   : Ny. D
Umur   : 54 tahun
No
Diagnosa Keperawatan
ttd
1.
2.

3.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktifitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen





Intervensi Keperawatan

Nama   : Ny. D
Umur   : 54 tahun
No
Rencana Keperawatan
ttd
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.




      










2.












 







 3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x7 jam pola napas efektif dengan KH :
      · RR normal 16-24x/menit
      · Tidak ada bunyi napas tambahan
      · Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
      · GDA normal




Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x7 jam diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung, dengan KH :
      · Tidak ada sianosis
      · Gambar EKG tidak menunjukan perluasan infark
      · RR 16-24 x/mnt
      · CRT 3-5 dtk
      · N 60-100 x/mnt
      · TD 120/80 mmHg







Setelah dilakukan   tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan terjadi peningkatan toleransi aktivitas pada pasien, dengan KH :
      · Frekuensi jantung 60-100 x/mnt
      · TD normal
      1. Monitor kedalaman pernapasan, frekuensi dan ekspansi paru
      2. Catat upaya pernapasan termasuk penggunaan otot bantu pernapasan
      3. Auskultasi bunyi napas
      4. Tinggkan kepala atau semifowler dan bantu untuk posisi senyaman mungkin
      5. Kolaborasi pemberian o2 dan pemeriksaan GDA




      1. Monitor tanda-tanda vital
      2. Evaluasi status mental, catat perkembangan kekacauan, disorientasi
      3. Catat warna kulit, adanya atau kualitas pulse
      4. Auskultasi suara pernapasan dan suara jantung
      5. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut










      1. Catat frekuensi jantung irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktivitas
      2. Tingkatkan aktivitas (ditempat tidur)
      3. Batasi aktifitas berlebih
      4. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan gerak
      5. Rencanakan tentang pemberian progam latihan sesuai kemampuan pasien
      1. Untuk mengetahui frekuensi dan ekspansi paru saat bernapas
      2. Untuk mengetahui adakah penggunaan otot bantu pernapasan
      3. Untuk mengetahui adakah bunyi napas tambahan
      4. Untuk meningkatkan pola napas efektif
      5. Untuk membantu pemenuhan o2 dalam tubuh



      1. Takikardi mungkin karena nyeri, kecemasan, hipoksemia, dan menurunnya cardiac output
      2. Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/pengenalan dalam sensori
      3. Ketika cardiac output turun mengakibatkan warna pucat/abu-abu bagi kulit
      4. S3, S4 atau bising dapat terjadi dengan dekompensasi kordis atau beberapa  pengobatan (terutama betabloker)
      5. Menurunnya konsumsi/kesimbangan o2 mengurangi beban kerja otot jantung dan risiko dekompensasi

      1. Aktifitas yang berlebih dapat meningkatkan kerja jantung
      2. Untuk menghindari aktifitas berlebih
      3. Untuk mengurangi kerja jantung secara berlebihan
      4. sebagai dasar untuk memberikan alternativ dan latian gerak yang sesuai dengan kemampuannya
      5. latihan pergerakan dapat meningkatkan otot dan stimulasi sirkulasi darah









Implementasi Keperawatan

Nama   : Ny. D
Umur   : 54 tahun

Tgl/jam
No. Dx
Implementasi
Respon
Ttd
Senin, 13/06/2016
07.15 WIB



07.30 WIB


07.45 WIB




09.00 WIB



11.00 WIB




11.30 WIB
1,2,3





1,2


1,2,3




1,2,3



1,2




1,2

     §  Mengkaji tanda-tanda vital





     §  Melakukan oral hygiene


     §  Membantu makan




     §  Memposisikan klien senyaman mungkin (semifowler)

     §  Memantau anda-tanda vital



     §  Pemberian obat melalui sirimpam
S : -
O: TD : 179/95 mmHg
     SpO2    :99 %
     HR : 100 x/mnt
     RR : 27 x/mnt
     S :27°C
S : Pasien mengatakan bersedia
O : Pasien tampak kooperatife
      saat dilakukan oral hygiene
S : Pasien mengatakan dibantu
      mengambilkan makan
O : Pasien makan dengan bubur
      dan lauk pauk dihabiskan
      semua
S : -
O : Pasien tampak rileks


S : -
O : TD : 183/98 x/mnt
      HR :100 x/mnt
      RR : 27 x/mnt
      SpO2 : 98%
S : -
O : Pasien diberikan obat fasorbid
      20 mikro/mnt








  IMPLEMENTASI

Tgl/jam
No. Dx
Implentasi
Respon klien
paraf
Selasa
14/6/2016
07.20 wib
07.30 wib

07.45 wib


09.00 wib


10.00 wib


12.00 wib


12.30 wib
1,2,3


1,2,3

1,2


3


1,2,3


1,2,3


1,2,3

Memantau TTV


Membantu memposisikan semifowler
Melakukan oral hygiene


Membantu klien miring ke kiri atau posisi senyaman mungkin
Memantau TTV


Membantu klien mengambil makanan

Pemberian injeksi melalui syring punp
S: -
O: TD 175/90 mmHG, S 37 oC
     RR 29 x/menit, N 100x/ menit
S: -
O: klien tampak rileks
S:- klien mengatakan bersedia
O: mulut klien berseih setelah di oral care
S:-
O: klien tampak nyaman

S: -
O: TD 175/90 mmHG, S 37 oC
     RR 29 x/menit, N 100x/ menit
S: klien mengatakan tolong ambilkan makanan
O: klien tampak makan
S: -
O: furosemid mas’[uk melalui syring pump



    


EVALUASI

Tgl/jam
No.Dx
Catatan perkembangan
Paraf
Senin
13/06/2016
14.00 wib




14.00 wib








14.00 wib





1







2








3






S  : Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O : Klien tampak rileks, RR 29 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
             Sesak nafas berkurang
P : Lanjutkan  intervensi
              Pemberian O2 3 lpm
              Posisikan klien semifowler

S  : Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang
O : Klien tampak rileks, TD 180/98 mmHg
A : Masalah teratasi sebagian
              Sesak nafas berkurang
P : Lanjutkan intervensi
             Pantau TTV
             Posisikan semifowler
             Pantau warna kulit

S  : Klien mengatakan sedikit lemas
O : Klien tampak terbaring ditempat tidur
A : Masalah teratasi sebagian
             Peningkatan toleransi aktivitas
P : lanjutkan intervensi
              Pantau TTV
              Batasi aktivitas berlebih





Tgl/jam
No.Dx
Catatan perkembangan
Paraf
Selasa
14/06/2016
14.00 wib







14.00 wib






14.00 wib





1








2






3







S  : Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O : Klien tampak rileks, RR 24 x/menit, O2 3 lpm
A : Masalah teratasi sebagian
             Sesak nafas berkurang
P : Lanjutkan  intervensi
             Pemberian O2 3 lpm
             Posisikan klien semifowler
             Pantau TTV
S  : Klien mengatakan sesaknya berkurang
O : Tidak ada sianosis, CRT <3 100="" detik="" menit="" n="" span="" x="">
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
             Pantau TTV
             Pantau warna kulit
             Posisikan semifowler
S  : Klien mengatakan bisa beraktivitas sedikit demi sedikit
O : Klien tampak makan sendiri
A : Masalah teratasi sebagian
             Peningkatan toleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi
             Pantau TTV
             Peningkatan aktivitas di tempat tidur
             Batasi gerakan yang berlebih