LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
I. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang
secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat. ( Price and Wilson, 1992 )
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi(
Smeltzer and Bare,1996 )
II. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu
:
1.
Diabetes Tipe I ( Insulin
Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
a.
Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi
mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe
1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b.
Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.
Diabetes Tipe II (Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a.
Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun
b.
Obesitas
c.
Riwayat Keluarga
d.
Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli
amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terjadinya
diabetes tipe II disbanding dengan
golongan Afro-Amerika
( Smeltzer and Bare,1996 )
III. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan
toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
a. DM
tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung
insulin)
- Gemuk
- Tidak
gemuk
c. DM
tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
- Penyakit
pancreas
- Hormonal
- Obat
atau bahan kimia
- Kelainan
reseptor
- Kelainan
genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
(Suyono, et al 2001)
IV. PATHOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan
glukosa / produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan
sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa
darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan
metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi. Empat perubahan itu adalah :
1. Transport glukosa yang
melintasi membran sel berkurang
2. Glikogenesis berkurang dan
tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
3. Glikolisis meningkat
sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4. Glukoneogenesis meningkat
dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan
asam amino dan lemak.
(Long ,1996 )
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan
insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat
produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika
konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa
berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
(diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat
penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin
dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan
reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa
darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang
dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi )
( Smeltzer and Bare,1996 )
V. MANIFESTASI KLINIK
·
Gejala klasik :
- Poliuri
- Polidipsi
- Polifagi
·
Penurunan Berat Badan
·
Lemah
·
Kesemutan, rasa baal
·
Gatal-gatal
·
Bisul / luka yang lama
tidak sembuh
·
Keluhan impotensi pada
laki-laki
·
Keputihan
·
Infeksi saluran kemih
(Suyono, et al 2001)
VI. KOMPLIKASI
1. Akut
a. Ketoasidosis
diabetik
b. Hipoglikemi
c.
Koma
non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek
Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti peningkatan
rebound pada pagi hari )
e. Fenomena
fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang
tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
- Penyakit
arteri koroner ( aterosklerosis )
-
Penyakit
vaskuler perifer
-
Stroke
b. Mikroangiopati
-
Retinopati
-
Nefropati
-
Neuropati
diabetik
(
Corwin,1996 ; Price and Wilson, 1992)
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan kadar serum glukosa
a. Gula
darah puasa : glukosa lebih dari
120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c. Gula
darah sewaktu : lebih dari 200 mg /
dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang
dari 140 mg/dl hasil 2 jam serta satu nilai lain lebih dari 200 mg/dl setelah
beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang
tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan
cara Benedic atau menggunakan enzim glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif
jika didapatkan glukosa dalam urin.
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi
diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan
terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5
komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan
pendidikan kesehatan.
1.
Penatalaksanaan diet
Prinsip umum : diet dan pengndalian berat badan merupakan
dasar dari penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur
makanan esensial missal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan
berat badan yang sesuai
c.
Memenuhi kebutuhan energi
d.
Mencegah fluktuasi kadar
glukosa darah setiap haridengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati
normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak
darah jika kadar ini meningkat
2.
Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat
menurunkan kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus
otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3.
Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi
dan pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4.
Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
-
Sulfonaria
·
Asetoheksamid ( 250 mg, 500
mg )
·
Clorpopamid(100 mg, 250 mg
)
·
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
·
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg
; 5 mg )
·
Totazamid ( 100 mg ; 250
mg; 500 mg )
·
Tolbutamid (250 mg, 500 mg
)
-
Biguanid
Metformin 500 mg
5.
Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana,
cara terapi termasuk efek samping obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi /
hiperglikemi
b. Tindakan
preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan
progranm diet dan obat
(Smeltzer
and Bare,1996 Price and Wilson, 1992 )
IX. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ( Doenges, 1999)
1.
Aktivitas / istirahat:
Lemah, sulit bergerak/berjalan , kram otot,
tonus otot menurun.
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea,
letargi, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
2.
Sirkulasi:
Adanya riwayat hipertensi, MCI
Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
Ulkus, penyembuhan luka lama
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,
nadi yang menurun/tak ada, disritmia, krekles
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3.
Integritas ego:
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Ansietas, peka rangsang
4.
Eliminasi:
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau
berulang
Diare, nyeri tekan abdomen
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila
ada infeksi
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif (
diare ), abdomen keras, adanya asites
5.
Makanan / cairan:
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat
Penurunan berat badan
Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ),
kekakuan / distensi abdomen
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis
/ manis, bau buah (nafas aseton ).
6.
Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori
( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas
kejang
7.
Nyeri / kenyamanan:
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
8.
Pernafasan:
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
9.
Keamanan:
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi,
ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot,
termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
,demam, diaforesis
10. Seksualitas:
Cenderung infeksi pada vagina.
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN (
Doenges, 1999)
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
1. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral,
status hipermetabolisme
2. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan cairan gastric berlebihan ,
pembatasan cairan
3. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi lekosit, perubahan sirkulasi
4. Resiko tinggi perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia endogen,
ketidakseimbangan elektrolit, glukosa, insulin
5. Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi, misinterpretasi pengobatan
XI. INTERVENSI ( Doenges, 1999)
1.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral,
status hipermetabolisme
Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:
- BB stabil
- BB mengalami penambahan ke arah normal
Intervensi :
Mandiri :
- Timbang BB setiap hari sesuai indikasi
- Tentukan program diet dan pola makan klien
- Auskultasi bising usus, catat adanay nyeri , mual muntah
- Berikan makanan oral yang mengandung nutrient dan
elektrolit sesuai indikasi
- Observasi tanda – tanda hipoglikemi
Kolaborasi :
- Pantau kadar gula darah secara berkala
- Kolaborasi ahli diet untuk menentukan diet pasien
- Pemberian insulin / obat anti diabetik
2.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan cairan gastric berlebihan ,
pembatasan cairan
Tujuan : klien memperlihatkan status hidrasi adekuat
Kriteria Hasil :
- TTV stabil dan dalam batas normal
- Nadi perifer teraba
- Turgor kulit dan
pengisian akpiler baik
- Output urin tepat
- Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri
- Kaji riwayat muntah dan diuresis berlebihan
- Monitor TTV, catat adanya perubahan TD ortostatik
- Kaji frekunsi, kwalitas dan dan pola pernafasan, catat
adnya penggunaan otot Bantu, periode apnea, sianosis,
- Kaji suhu, kelembapan, warna kulit
- Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa
- Monitor intake dan output cairan, catat BJ urin
Kolaborasi
- Pemeriksaan Hb, Ht, BUN, Na, K, Gula Darah
- Pemberian terapi cairan yang sesuai (Nacl, RL, Albumin)
3.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi lekosit, perubahan sirkulasi
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan
resiko infeksi
- Klien mendemonstrasiakn tehnik gaya hidup untuk mencegah
infeksi
Intervensi :
Mandiri
- Observasi tanda – tanda infeksi seperti panas,
kemerahan, keluar nanah, sputum
purulen
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan cucui tanganyang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan klien, termasuk klien sendiri
- Pertahankan tehnik aseptic pada setiap prosedur invasif
- Lakukan perawatan perineal dengan baikdan anjurkan klien
wanita untuk membersihkan daerah perineal dengan dari depan ke belakang
- Berikan perawatan kulit secara teratur, masase daerah
yang tertekan , jaga kulit tetap kering
- Auskultasi bunyi nafas dan atur posisi tidur semi fowler
- Lakukan perubahan posisi dan anjurkan klien untuk batuk
efektif / nafas dalam bila klien sadar / kooperatif
- Bantu klien melakukan oral hygiene
- Anjurkan makan dan
minum adekuat
Kolaborasi
- Pemeriksaan kultur dan sensitivity test
- Pemberian antibiotik yang sesuai
4.
resiko tinggi perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia endogen,
ketidakseimbangan elektrolit, glukosa, insulin
Tujuan : persepsi sensori klien adekuat
Kriteria hasil :klien dapat mengobservasi adanya
kerusakan persepsi sensori
Intervensi :
Mandiri :
- Orientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu
- Pantau TTV dan status mental
- Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari
- Jadwalkan intervensi keperawatan yang tidak mengganggu
istirahat klien
- Lindungi dari cedera, pasang pagar tempat tidur, dan
bantal pada pagar
- Evaluasi lapang pandang penglihatan
- Kaji keluhan parestesia, nyeri / kehilangan sensori pada
kaki, kaji danya ulkus, kehilangan denyut nadi perifer
- Bantu klien dalam ambulasi / perubahan posisi
Kolaborasi
- Pemeriksaan laboratorium : gula darah, osmolalitas darah,
Hb,Ht, ureum kreatinin
- Pemberian obat-obatan yang sesuai
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, misinterpretasi pengobatan
Tujuan : klien mengerti tentang
penyakitnya
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi tanda dan gejala serta proses penyakit
- Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
Intervensi :
Mandiri
- Diskusikan topik utama seperti tanda dan gejala,
penyebab, proses penyakit serta komplikasiyang sesuai dengan tipe DM klien
- Diskusikan rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat,
dan manajemen diet
- Buat jadwal aktifitas yang teratur, kaitkan dengan
penggunaan insulin
- Identifikasi gejal hipoglikemi, jelaskan penyebab dan
penanganannya
- Anjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas
- Diskusiakn tentang pentingnya kontro untuk pemeriksaan
gula darah, program pengobatan dan diet secara teratur
- Diskusikan tentang perlunya program latihan
- Berikan informasi tentang perawatan sehari-hari missal
perawatan kaki
DAFTAR PUSTAKA
1.
Francis S. Greenspan, Basic
And Clinical Endokrinology. Edisi 4. Alih Bahasa : Caroline Wijaya. Jakarta
: EGC ; 2000
2.
Carolyn M. Hudak. Critical
Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa :
Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
3.
Susan Martin Tucker. Patient
Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
4.
Lynda Juall Carpenito. Handbook
Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
5.
Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A
nursing process approach. Volume 3. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung:
IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
6.
Smeltzer, S.C. & Bare,
B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of
medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo,
A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
7.
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa
: Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
8.
Price, S.A. & Wilson,
L.M. Pathophysiology: Clinical concept of
disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P.
Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
9.
Doengoes, M.E., Moorhouse,
M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
10.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
11.
Arif Mansjoer. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000