PROSEDUR PEMBERIAN SUCTION
A.
PENGERTIAN
Suction
merupakan proses pengeluaran cairan atau lendir dari mulur, hidung, atau trakea
pada klien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara spontan.
B.
DATA
FOKUS
1.
Hasil
pengkajian
a. Klien
dengan retensi urin
b. Klien
dengan ventilator atau dengan endotracheal tube (ETT)
c. Klien
dengan trakeostomi
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan kemampuan batuk lemah.
b.
Gangguan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan sekret oral yang
berlebihan.
c.
Gangguan pola napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
C.
DASAR
PEMIKIRAN
1.
Alasan
dilakukan suction
a.
Gagal nafas
Ketidakmampuan
tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah,
disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem
pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
b.
Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
c.
Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu
keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
d.
Perubahan pola napas.
Hipoksia
(kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada
pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan
kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
e.
Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada
keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
f.
Trauma paru
Paru-paru
sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
g.
Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada
luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
h.
Post operasi
Setelah
operasi, tu\buh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi
aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
i.
Keracunan karbon monoksida
Keberadaan
CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan
posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
2.
Kegawatan bila tidak dilakukan
Akan menutui jalan nafas
3.
Tindakan yang harus dilakukan
a.
PRINSIP
SUCTION 4A
1. Aseptik : Segala upaya
yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan dan emosi.
4. Atraumatik
: Tindakan yang mencegah terjadinya trauma
b.
Persiapan
klien
1. Informasikan
tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Atur
posisi tidur sesuai dengan kondisi klien
3. Kaji
adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya penumpukan sekret pada
jalan napas bagian atas, seperti bunyi cegukan,
gelisah, muntah (vomitus), pengeluaran air liur berlebihan.
4. Jelaskan
kepada klien mengenai prosedur dalam membersihkan jalan napas dan meredakan
masalah-masalah pernapasan. Jelaskan bahwa batuk atau bersin adalah normal.
c.
Persiapan
petugas
Jumlah petugas yang dibutuhkan adalah
dua orang, dimana satu orang bertanggung jawab atas pengisapan.
d.
Persiapan
alat
1. Unit
pengisapan dinding atau unut pengisapan yang dapat dibawa (portable)
dengan selang
penghubung dan konektor Y, jika dibutuhkan.
2. Kateter
steril (kateter suction)
3. Kateter
yankauer (orofaring)
4. Air
steril / air normal salin serta baskom steril (alkohol 70%, cairan NaCl 0,9%).
5. Sarung
tangan steril dan sarung tangan tidak steril.
6. Kassa
steril atau handuk.
7. Jalan
napas oral atau nasal, jika diperlukan.
8. Masker/penutup
mata
9. Oksigen
dengan perlengkapanya.
10. Stetoskop,
bengkok, dan spuit steril 5cc.
e.
Prosedur
1. Lakukan
pemeriksaan auskultasi paru-paru.
2. Informasikan
pada klien mengenai prosedur yan akan dilakukan.
3. Atur
kekuatan alat pengisap (suction).
4. Cuci
tangan.
5. Lakukan
pemeriksaan fungsi vital.
6. Berikan
oksigen awal (praoksigenasi 100%).
7. Pakai
sarung tangan atau gunakan pinset.
8. Siapkan
kateter suction steril.
9. Siapkan
kasa alkohol sebanyak 2-3 lembar.
10. Hubungkan
kateter dengan selang suctin yang telah diprogram.
11. Buka
konektor tube atau trakeostomi dan lakukan desinfeksi dengan alkohol.
12. Masukkan
kateter ke dalam trakea dalam keadaan tidak mengisap.
13. Dorong
kateter sampai karina, lalu tarik kurang lebih 1 cm, kemudian tarik kembali
kateter secara perlahan dengan gerakan memutar dan dalam posisi mengisap.
14. Lakukan
pengisapan selama 10 detik, tidak boleh lebih.
15. Bersihkan
kateter dengan kasa alkohol lalu bilas dengan NaCl 0,9 % atau aqua steril.
16. Lakukan
pengisapan secara berulang-ulang sampai suara napas bersih.
17. Bersihkan
alat-alat.
f.
Prosedur
kerja
1. Tutup
pintu atau gunakan tirai jika ruangan tidak berpintu.
2. Posiskan
klien dengan benar.
3. Jika
klien berada dalam keadaan sadar penuh dengan reflek semifowler muntah fungsional, maka untuk pengisapan oral, posisikan klien semifowler dengan
kepala menoleh ke satu sisi, sedangkan untuk pengisapan nasal, posisikan klien semifowler dengan leher hiperekstensi.
4. Jika
klien berapa dalam keadaan tidak sadar, maka pengisapan dilakukan dengan posisi
berbaring miring dan menghadap perawat.
5. Berikan
handuk diatas bantal atau dibawah dagu klien.
6. Pilih
tekanan dan tipe unit pengisapan yang tepat untuk klien. Untuk unit pengisap dinding, tekanan 110-150 mmHg untuk orang dewasa, sedangkan 95-110 mmHg untuk
anak-anak dan 50-95 mmHg untuk bayi.
7. Cuci
tangan setalah melakukan tindakan.
g.
Prosedur
dengan kriteria yankauer
1. Kenakan
sarung tangan tidak steril
2. Hubungan
satu selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan kateter
pengisap yankauer. Isi mangkuk dengan air.
3. Periksa
apakah peralatan berfungsi dengan baik. Perhatikan apakah alat dapat mengisap
sejumlah air dari mangkuk.
4. Pindahkan
masker oksigen, jika terpasang.
5. Masukkan
kateter kedalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter mengelilingi lubang mulut sampai sekret terangkat.
6. Dorong
klien untuk batuk. Angkat masker oksigen.
7. Kaji
kembali status pernapasan klien.
8. Angkat
handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan
buang dalam wadah yang sudah dipersiapkan.
9. Reposisikan
klien, posisi sim mampu mendorong
drainase dan harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran.
10. Buang
air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia.
11. Tempatkan
selang penghubung di daerah kering dan bersih.
12. Cuci
tangan.
h.
Pengisapan
nasofaring atau nasotrakea.
1. Siapkan
peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negatif yang sesuai.
2. Jika
diindikasikan, tambahkan oksigen sampai 100% atau sesuai program dokter.
3. Hubungkan
satu ujung konektor ke mesin pengisap dan tempatkan ujung lain di lokasi yang
nyaman.
4. Apabila
menggunakan peralatan pengisap maka lakukan hal-hal berikut.
1) Buka
kemasan kateter. Apabila terdapat kassa, maka letakkan dasa tersebut di dada
klien atau gunakan handuk.
2) Buka
kemasan kateter pengisap tanpa menyentuh permukaan dalam kemasan.
3) Buka
bungkusan baskom steril dan tempatkan di meja samping tempat tidur.
Berhati-hatilah agar tidak menyentuh bagian dalam baskom. Isi baskom dengan
normal salin steril sebanyak sekitar 100 ml.
5. Buka
pelumas, tekan dengan kuat kemasan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh.
6. Kenakan
masker dan pelindung mata.
7. Kenakan
sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan tidak steril
pada tangan yang tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
8. Angkat
kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan yang tidak
steril. Angkat selang penghubung dengan tangan yang tidak dominan. Masukkan
kateter ke dalam selang.
9. Periksa
apakah peralatan berfungsi dengan baik, dengan menghisap sejumlah normal salin
dari baskom.
10. Lumasi
6-8 cm kateter distal dengan pelumas larut air.
11. Angkat
peralatan pemberian oksigen, jiks terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa
melakukan penghisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan
ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit miring ke arah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup nafas. Jangan memaksakan selang masuk melalui hidung.
12 Penghisapan faring di lakukan dengan cara menginsersikan kateter dengan jarak dari ujung hidung sampai dasar lobus telinga. Insersikan kateter pada orang dewasa sepanjang 16 cm, pada anak yang lebih besar sekitar 8-12 cm, serta pada bayi dan anak-anak kecil sekitar 4-8 cm.
12 Penghisapan faring di lakukan dengan cara menginsersikan kateter dengan jarak dari ujung hidung sampai dasar lobus telinga. Insersikan kateter pada orang dewasa sepanjang 16 cm, pada anak yang lebih besar sekitar 8-12 cm, serta pada bayi dan anak-anak kecil sekitar 4-8 cm.
13. Lakukan
penghisapan secara interminten selama 10 detik dengan meletakan dan mengangkat
ibu jari tangan yang tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil
memutarnya ke dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan.
Dorong klien untuk batuk. Tempatkan kembali peralatan oksigen, jika memungkinkan.
14. Bilas
kateter dan selang penghubung dengan normal salin sampai bersih.
i.
Jalan
napas buatan
1. Cuci
tangan
2. Siapkan
dan nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vekum untuk menetapkan
tekanan negatif yang sesuai.
3. Hubungkan
satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan tempat ujung lain
ditempat yang nyaman
4. Apabila
menggunakan peralatan pengisap, maka lakukan hal-hal berikut.
1) Buka
kemasan peralatan. Apabila tersedia kasa steril, letakkan kasa tersebut di dada
klien.
2) Buka
kemasan kateter pengisap, jangan biarkan kateter pengisap menyentuh permukaan
yang tidak steril.
3) Letakkan
baskom steril yang terbuka atau tidak terbungkus di meja pada sisi tempat tidur.
Isi baskom dengan normal salin steril skitar 100ml.
5. Kenakan
pelindung wajah dan mata.
6. Kenakan
sarung tangan steril pada setiap tangan atau kenakan sarung tangan tidak steril
pada tangan yang tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
7. Angkat
kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan yang streril.
Angkat selang penghubung dengan tangan yang tidak dominan. Masukan kateter ke
dalam selang.
8. Pastikan
peralatan berfungsi baik, dapat diketahui dengan cara mengisap sejumlah normal
salin dari baskom.
9. Angkat
humidifier (yang berfungsi untuk melembabkan) atau pemberi oksigen dengan
tangan yang tidak dominan
10. Hiperventilasi/oksigenasi
klien sebelum melakukan pengisapan, dengan menggunakan kantong resusitasi
(ambu) atau mekanisme menarik napas pada ventilator mekanik.
11. Tanpa
melakukan pengisapan, dengan lembut tetapi cepat insersikan kateter dengan ibu
jari dan jari telunjuk yang dominan ke dalam jalan napas buatan (waktu
menginsersi kateter yang paling baik dilakukan adalah pada saat inspirasi).
1) Lakukn
pengisapan trakea dengan melakukan insersi kateter, pada orang dewasa sepanjang
20-24 cm, pada anak-anak yang lebih besar sepanjang 14-20 cm, dan pada
anak-anak kecil dan bayi sepanjang 8-14 cm.
2) Pemberian
posisi, untuk beberapa keadaan, tolehkan kepala klien ke kanan. Posisi ini
dapat memudahkan perawat pengisapan batang utama bronkus kanan. Apabila tahanan
terasa setelah melakukan insersi kateter sampai jarak yang direkomendasikan,
tarik kembali 1 cm sebelum melakukan pengisapan.
12. Masukkan
kateter sampai tahanan kembali terasa, kemudian tarik kembali 1 cm
13. Melakukan
pengisapan secara intermiten dengan menempatkan dan mengangakat ibu jari tangan
yang tidak dominan dari lubang ventilasi kateter dan dengan perlahan tarik
kateter dengan sekaligus memutarnya ke depan dan kebelakang di antara ibu jari
dan jari telunjuk tangan dominan. Anjurkan klien untuk batuk.
14. Tempatkan
kembali peralatan oksigenasi. Dorong klien untuk melakukan napas dalam.
15. Bilas
kateter dan selang penghubung dengan normal salin sampai bersih. Lakukan pengisapan
secara kontinu.
16. Ulangi
langkah suction seperti telah
dijelaskan sebelumnya sesuai keperluan, untuk memberiksihkan secret. Berikan
waktu yang cukup (minimal 1 menit penuh) antara fase pengisapan untuk ventilasi
dan reoksigenasi.
17. Kaji
status kardiopulmonar diantara fase pengisapan.
18. Apabila
jalan napas buatan dan pohon trakeobronkial telah cukup bersih dari sekresi.
Lakukan pengisapan faring, oral, dan nasal untuk membersihkan jalan napas atas
dari sekresi. Setelah dilakukan pengisapan ini, maka kateter terkontaminasi,
jangan menginsersikan kateter kembali kedalam selang endotrakea atau
trakeostomi.
19. Lepaskan
katetr dari selang penghubung. Gulung kateter mengelilingi jari tangan yang
dominan. Lepaskan sarung tangan dengan menariknya dari dalam keluar, sehingga
kateter tetap didalam darung tangan. Tarik sarung tangan yang ain dengan cara
yang sama. Buang kedalam wadah yang sesuai. Matikan peralatan pengisap.
20. Angkat
handuk dan tempatkan dikantong kotor atau angkat kasa dan buang di wadah yang
tersedia.
21. Atur
kembali posisi klien senyaman mungkin.
22. Buang
isi normal salin kedalam wadah yang tersedia. Apabila baskom yang sekali pakai,
buang ke tempat yang telah disediakan, apabila baskom akan dipergunakan kembali, tempatkan di ruang peralatan kotor.
23. Lepaskan pelindung wajah dan mata.
24. Cuci
tangan.
25. Persiapkan
peralatan untuk pengisapan selanjutnya.
26. Observasi
klien memastikan adanya sekret dijalan napas ataupun oral, dan klien tidak gelisah.
27. Dokumentasikan
jumlah, konsistensi, campuran, warna, dan bau sekret, serta respons klien
terhadap prosedur. Catat status pernapasan sebelum dan setelah pengisapan.
j. Menuruk Hudak, pada tahun 1997 secara umum persiapan alat
suction adalah sebagai berikut :
1. Kateter
suction steril yang atraumatik
2. Sarung
tangan
3. Tempat
steril untuk irigasi
4. Spuit
berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
k. Langkah – langkah
melakukan suction secara umum atau melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai
berikut :
1. Kaji
adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan. ( usahakan tidak rutin
melakukan penghisapan) Jika terlalu sering dapat menyebabkan
kerusakan mukosa, perdarahan, dan bronkospasme
2. Lakukan
cuci tangan dan gunakan alat pelindung diri
Tujuanya untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui secret.
Tujuanya untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui secret.
3. Jelaskan
kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan
Jelaskan selama penghisapan seperti nafas pendek, batuk, dan rasa tidak nyaman.
Jelaskan selama penghisapan seperti nafas pendek, batuk, dan rasa tidak nyaman.
4. Check
mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80 –120 mmHg
Tujuanya untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa
Tujuanya untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa
5. Siapkan
tempat yang steril
Tempat yang steril mencegah komplikasi dari bakteri dan mikroorganisme sekitar lingkungan
Tempat yang steril mencegah komplikasi dari bakteri dan mikroorganisme sekitar lingkungan
6. Lakukan
preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit.
Tujuanya untuk mencegah terjadinya hipoksemia.
Tujuanya untuk mencegah terjadinya hipoksemia.
7. Secara
cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang
dimasukkan.
Karena hisapan alat suction dapat menciderai jaringan
Karena hisapan alat suction dapat menciderai jaringan
8. Tarik
kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secaran. intermitten, tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari 10 –15 detik
Karena dalam melakukan penghisapan akan menutup jalan nafas sementara
Karena dalam melakukan penghisapan akan menutup jalan nafas sementara
9. Hiperoksigenasi
selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal.
Penuhi kebutuhan oksigen yang telah dihentikan sementara karena tindakan suction
Penuhi kebutuhan oksigen yang telah dihentikan sementara karena tindakan suction
10. Ulangi
prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1 waktu)
Lebih dari 3 kali dapat menciderai jaringan karena gesekan
Lebih dari 3 kali dapat menciderai jaringan karena gesekan
11. Tindakan
suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care
setelah tindakan suction pada mulut.
Bersihkan area mulut untuk kenyamanan klien
Bersihkan area mulut untuk kenyamanan klien
12. Catat
tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik sputum (jumlah,
warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon pasien.
D. BAHAYA DAN
PENCEGAHANNYA
1. Hipoksia.
2. Bradikardia.
3. Aritmia.
4. Henti jantung (cardiac arrest).
5. Trauma mukosa jalan napas.
6. Resiko infeksi.
E. HASIL YANG DIDAPAT
1. Klien yang mempertahankan
frekuensi pernapasan normal
2. Jalan napas dengan klien yang tidak dapat batuk dengan
adekuat bersih dari sekret
3. Meningkatnya suara napas
4. Menurunnya Peak Inspiratory
Pressure, menurunnya ketegangan saluran pernapasan,
meningkatnya dinamik campliance paru, meningkatnya tidal
volume.
5. Adanya peningkatan dari nilai arterial bloodgas,
atau saturasi oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter.
6. Hilangnya sekret pulmonal.
DAFTAR PUSTAKA
Ely, Achmad dkk. 2011. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis II
untuk Mahasiswa D-3 Keperawatan. Maluku : Salemba Medika