LP dan Askep Obtruksi Usus (Ileus Obstruksi)



ILEUS OBSTRUKSI





A.  KONSEP MEDIS
1. Pengertian
          Obstruksi ileus adalah sumbatan yang mencegah aliran normal 
          dari isi usus melalui saluran usus.  
                                                                       (Brunner dan Suddart, 2002 : 1121)
Obstruksi usus adalah sumbatan yang disebabkan oleh perlekatan usus, hernia, neoplasma, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus, melalui ashila, kolesi, radang usus, struktur, dan hematom.
                                                (Mansjoer, 2000 : 318)
Obstruksi usus adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional.
                                                (Charlene J. reeves, 2001 : 161)
Obstruksi usus adalah sumbatan bagi jalan distal isi usus, sumbatan fisik terletak melewati usus atau bila karena suatu ileus, yang berarti ketidakmampuan isi usus menuju ke distal sekunder terhadap kelalaian sementara dalam motilitas.   (Sabiston, 1995 : 551)
Laparatomy adalah Pembedahan melalui pinggang atau lebih umum melalui setiap bagian dinding perut.  (Dorland, 1998 : 590)

      2. Etologi 
a.    Mekanisme
§  Adhesi
§  Hernia strangulata
§  Abses
§  Karsinoma
§  Volvulus (usus terpelintir)
§  Intususepsi
§  Obstipasi
b.   Fungsional
§  Ileus paralitik
§  Ileus medula spinalis
§  Enteritis Regional
§  Ketidakseimbangan elektrolit
§  Uremia
c.    Usia
d.   Tumor–tumor ganas
e.    Benda asing (biji buah–buahan, bau empedu, cacing)
f.     Infeksi dan gangguan syaraf.
(Tucker, 1998 : 325, A price 1995 : 403, Mangkusitepae, 1996 : 268)

3.   Manifestasi Klinis
a.    Nyeri kram yang terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
b.  Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak dapat flatus.
c.    Muntah
d.    Dehidrasi
e.    Syok
f.      Konstipasi
g.    Peregangan abdomen (distensi)
h.  Nyeri tekan
i.   Anoreksia
j.      Malaise
k.    Demam
l.      Takikardia
m. Diaforesis
n.   Pucat
o.    Kelesuan
p.   Haus terus menerus
q.    Ketidaknyamanan secara umum
r.     Mulut kering dan sakit.
                   (Brunner dan Suddart, 2002 : 1121 – 1123, prise, 1999 : 405, Tucker, 1998 : 325, Mangku Sitepoe, 1996 : 268).

4.   Patofisiologi
Pada peristiwa potofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Apabila pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya hilang.
Pada potofisiologi akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi. Terjadinya distensi dan retensi cairan mengulangi sekresi cairan dan merangsang. Lebih banyak sekresi lambung. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terganggu oleh cairan dan gas. ( Price, 1995 : 104).
Dalam obstruksi mekanik sederhana, masalahnya sekunder terhadap distensi usus dengan cairan dan gas, toksin yang di buat dari dalam usus yang tersumbat menyebabkan gangguan dasar namun memperlihatkan juga kehilangan cairan dan elektrolit intra lumen. Gas yang ada di dalam usus halus mengandung 70 persen nitrogen, sekitar 10% oksigen dan karbondioksida. Gas intra lumen diserap menurut perbedaan konsentrasi diferensialnya di dalam plasma, udara dan lumen. Sehingga karbondioksida berdifusi cepat keluar dari lumen usus, sedangkan nitrogen tetap tinggal. Segera timbulnya obstruksi mekanik, distensi timbul tepat proximal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi timbul dalam mendorong isi usus. Peristaltik demikian menyebabkan nyeri episodik, kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episodik. Gelombang peristaltik lebih sering yang timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejenum dan setiap 10 menit di dalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelang usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam obstruksi mekanik. Dengan berlanjutnya obstruksi maka aktivitas peristltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada. Yang berhubungan dengan refleks intestinal inhibisi yang mengikuti, dan usus proksimal terdistensi dengan cairan dan udara. Distensi demikian membentuk lingkaran setan yang berlanjut sampai ke selururh usus proksimal obstruksi. Karena usus terdistensi, maka diikuti stasis isi usus, yang menyebabkan pembiakan bakteri yang cepat dan pertumbuhan berlebihan. Jika obstruksi kontinue dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muuntah, dan distensi usus, kehilangan air, natrium, kalium, asam lambung, dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Gejala sisa obstruksi usus mekanik muncul kehilangan cairan ekstra sel, yang menyebabkan penurunan volume intravaskuler, hemokonsentrasi dan oliguri atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul Azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi, dan syok.
Obstruksi strangulata suatu obstruksi mekanik dengan sirkulasi terancam pada usus. Obstruksi ini mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan aistensi. Dengan strangulasi ada gesekan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisa serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonialis. Mukosa usus yang bertindak sebagai sawar bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya merupakan bagian dinding usus yang sensitif terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi memanjang, timbul iskemi dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonatis. Kehilangan  darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok dan kematian. Obstruksi gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan keluar gelung usus tersumbat. Kemudian berlanjut ke kestrangulasi dengan cepat. Penyebabnya pita lekat melintasi suatu gelong usus, volvulus atau distensi sederhana dan dapat menyebabkan obstruksi aliran keluar vena  dan progresifitas.  Obstruksi   kolon  biasanya   kurang   akut  (kecuali bagian volvulus) dibandingkan obstruksi usus halus. Bahaya paling mendesak post obstruksi itu karena distensi. Berdasarkan hukum Laplace yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ hibular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu, sehingga karena diameter  terlebar kolon di dalam caecum, maka biasanya  yang  pecah  pertama.
                                      (Sabiston, 1995 : 552–554)
5.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan Sinar X
Menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus dan menunjukkan adanya udara di diafragma dan terjadi perforasi usus.
b.    Pemeriksaan laoratorium
                 Misalnya :
§  Pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap.
§ Akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
c.     Elektrolit, amilase serum
d.    Enema barium
e.     Pemeriksaan radiologis abdomen.
(Brunner dan Suddart, 2002 : 112, Tucker, 1998 : 325)

6.   Komunikasi
a.     Dehidrasi
b.    Ketidakseimbangan elektrolit
c.     Asidosis metobolik
d.     Perforasi
e.     Syok
( Inayah, 2004 : 203) 
7.    Penatalaksanaan
a.     Puasa
b.    Penghisapan nasointesmal
c.     Intervensi bedah
d.     Cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
e.     Analgetik
f.       Terapi oksigen
g.     Decompresi usus melalui selang nasogastik (NGT)
h.    Kolonoskopi
i.       Sekostomi
j.       Kolostomi
k.     Reseksi
(Tucker, 1998 : 325, Brunner dan Suddart, 2002 : 123)

B.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.     Pengkajian Data Dasar
Data dasar adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana Asuhan Keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu Asuhan Keperawatan untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu, dengan kata lain data pengkajian harus relevan.
a.     Biodata yang meliputi identitas pasien dan penanggung jawab.
b.    Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan didapatkan dengan pengkajian dari penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini diperoleh dengan mengumpukan data yang penting dan terbatas tentang awitan gejala. Perawat menentukan kapan gejala timbul, apakah gejala selalu timbul, atau hilang dan timbul. Perawat juga menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit saat ini perawat mendapatkan informasi spesifik, seperti letak, intensitas, dan kualitas gejala.
Pada kasus obstruksi usus, riwayat kesehatan masa lalu berisi tentang, pernah atau tidak pernah pembedahan abdomen, prosedur therapy, radiasi dan gangguan medical (penyakit crhon, kolitis useratif, divertikula, divertikolitis, hernia, dan tumor). Bagaimana perawatannya ? Apa diagnosisnya ? dan Bagaimana riwayat dietnya ?  (Donna, 1991 : 1395)
Pengkajian pada riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familiar dan mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan keperawatan. ( Potter, 2005 : 153). Dan pada kasus dengan obstruksi usus, riwayat keluarga didapatkan seperti kanker kolon, dan rektum,  perubahan  dalam  eliminasi  BAB  misalnya  terdapat darah. (Donna, 1991 : 1395)
c.     Pola Fungsional
Pada pola pengkajian fungsional penulis menmggunakan pola pengkajian menurut Virgina Handerson, karena teori keperawatan Henderson (Harmer and Handerson, 1958). Mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya di mana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemampuan dan kebutuhan. Dalam hal ini dilakukan dengan cara membantu, mendapat kembali kemandiriannnya secepat mungkin.  (Potter, 2005 : 159).
Kebutuhan berikut ini seringkali disebut dengan 14 kebutuhan dasar Henderson di mana memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson, 1996). Diantaranya bernafas secara normal,makan dan minum cukup, eliminasi, bergerak, dan mempertahankan posisi yang dikehendaki, istirahat dan tidur, memilih cara berpakaian, mempertahankan suhu tubuh, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari lingkungan, berkomunnikasi dengan orang lain, beribadah menurut kenyakinan, bekerja menjanjikan prestasi, bermain dan berprestasi dalam berbagai bentuk rekreasi, belajar menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada pertumbuhan dan kesehatan normal.   (Potter, 2005 :274)
d.     Pengkajian Fisik
                   Pengajian fisik ini di fokuskan pada sistem pencernaan, terutama pada obstruksi usus.
               1.      Pengkajian fisik meliputi pengkajian secara khusus ;
·       Pada usus halus ditemukan nyeri abdomen seperti : kram, peningkatan distensi, distensi ringan, mual, muntah : pada awal mengandung makanan tidak dicerna cepat dan selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal, dehidrasi cepat : Asidosis.
·       Pada usus besar, ditemukan ketidaknyamanan abnormal ringan, distensi berat, muntah, fekal, laten, dehidrasi laten.
                2.   Pengkajian secara umum ditemukan, anoreksia, malaise, 
                       demam, takikardi, diaforesia, pucat, kekakuan abdomen, 
                       kegagalan untuk mengeluarkan feces atau flatus secara rectal 
                       atau perostomi , peningkatan bising usus (awal obstruksi), 
                       penurunan bising usus, retensi perkemihan, leukositosis dan 
                       pemeriksaan objektif turgor kulit buruk.(Tucker,1998:325). 
3.   Pada pemeriksaan abdomen ditemukan distensi, parut abdomen, (yang menggambarkan perlekatan pasca bedah), hernia, dari masa abdomen, pasien kurus, nyeri kolik, nyeri tekan, auskultasi, gambaran dalam obstruksi usus mekanik adalah  kehadiran  episodik gemerincing, logam bernada tinggi dan  gelora (rush) di antara masa tenang, tidak ada busing usus/menurun.
 4.  Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis, ditemukan massa atau tumor serta tak adanya feces di dalam kubah rectum. Menggambarkan obstruksi proksimal. Jika darah makroskopik atau feces positif guaiak ditemukan di dalam  rektum,mata obsruksi didasarkan atas lesi instrinsik di dalam usus.       (Sabiston, 1995 : 35)
e.     Pengelolaan Kasus





C.  FOKUS INTERVENSI
1.     Resiko tinggi terhasap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, kehilangan cairan dari rute abnormal misalnya penghisap NG/intestial.
Kriteria hasil: Mempertahankan hidrasi adekuat dengan membran mukosa lembab, turgor klit dan pengisian kapiler baik, tanda fital stabil.
Intervensi:     
a.     Pantau tanda–tanda vital
Rasional: tanda–tanda awal hemorogi usus/pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b.    Periksa balutan luka.
c.     Kaji tanda–tanda dehidrasi.
Rasional: memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
d.     Pantau masukan dan keluaran
Rasional: indikator langsung dan hidrasi/perfusi organ dan fungsi, dan memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e.     Berikan cairan.
f.       Kolaborasi dengan tim medis.
Rasional: menurunkan distansi/tekanan pada garis jahitan, menurunkan mual/muntah.

2.  Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah.
Ditandai dengan: Keluhan nyeri, perilaku melindungi, perubahan TD, N, RR.
Kriteria hasil: Melaporkan   nyeri  hilang,   tampak   rileks,   mampu beristirahat.
Intervensi:
a.      Kaji karakteristik nyeri
Rasional: membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan mengevaluasi keefektifan analgesia.
b.     Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai  yeri timbul .
Rasional: untuk memudahkan pemulihan otot/jaringan yang menurunkan ketegangan otot dan memperbaiki sirkulasi.
c.      Pantau tanda–tanda vital
Rasional: untuk mengetahui adanya perubahan TD, N, RR,S, dan mengetahui kondisi pasien.
d.     Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
e.      Beri posisi yang nyaman
Rasional: memberikan dukungan, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi, meningkatkan rasa kontroln dan kemampuan looping.
f.       Ambulasikan pasien segera mungkin
Rasional: menurunkan hasil yang terjadi karena immobilisasi misalnya : tegangan otot, tertahannya flatus.
g.     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
Rasional: mengurangi nyeri dengan aturan terapeutik.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan primer misalnya, masyarakat kronis, prosedur invasif.
Kriteria hasil: Mencapai pemulihan luka tepat waktu, bebas dari drainase, purulen, atau eritema dan demam.
Intervensi :
a.    Pantau tanda–tanda vital
Rasional: untuk menandakan infeksi luka atau pembentukan tromboflebitis, karena demam 38,3% dari awitan tiba–tiba disertai dengan menggigil, kelelahan, kelemahan, takipnea, takikardia dan hipotensi menandakan syok septik dan peningkatan suhu 4–7 hari setelah pembedahan menandakan abses luka.
b.   Kaji tanda–tanda infeksi
Rasional:  perkembangan infeksidapat memeperlambat pemulihan.
c.    Pertahankan perawatan luka aseptik dan balutan kering.
Rasional: melindungi pasien dari kontaminasi selama penggantian balutan.
d.    Kolaborasi dengan tim medis.
Rasional: untuk mengurangi atau mengatasi infeksi.

4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan.
Kriteria hasil: Peningkatan BB.
Intervensi:
a.     Kaji poia makan
Rasional: untuk mengetahui kebiasaan makan sehari–hari.
b.    Timbang BB
Rasional: untuk mengetahui keadaan status nutrisinya.
c.     Pantau masukan dan keluaran
Rasional: mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan metabolik.
d.     Anjurakan untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional: untuk menghilangkan rasa mual dan untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
e.  Gunakan plester kertas untuk balutan sesuai indikasi
Rasional: penggantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit  karena perlekatan yang kuat.
f.      Ajarkan tiah baring
Rasional: menurunkan tegangan intra abdomen. 
5. Konstipasi / diare berhubungan dengan efek-efek anestesi, manipulasi pembedahan, inflamasi, iritasi, nyeri, efek–efek obat.
Ditandai dengan: Tidak ada feces, konstipasi, feces.

Kriteria hasil: Mendapatkan kembali pola fungsi usus yang
                     normal.
Intervensi:
a.     Auskultasi bising usus
Rasional: mengetahui kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek depresi dari anestesi internasional.
b.    Kaji keluhan nyeri abdomen
Rasional: mengetahui adanya distensi gas atau terjadinnya komplikasi
c.     Anjurkan untuk makan cair
Rasional: menurunkan resiko iritasi mukosa/diare.
d.     Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: merangsang peristaltik dengan peristaltik dengan perlahan/evaluasi fecer.
                                                              (Doenges, 2000 : 499)