KELAINAN SENDI DEGENERATIF
A. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi
degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan
kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab
kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya
usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih
sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin
menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi
(1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis
yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan
jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono
Hadi ,1999)
B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe
primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
b.
Tipe
sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996
hal 336)
C. Penyebab
Beberapa
penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi
sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara
teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan
proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada
sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan
osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk
osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi
lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut,
infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon
pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak
stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air
dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis,
kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
D. Patofisiologi
Penyakit
sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidakmeradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses
degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim
lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein
yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan
tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis
pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya
cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi
lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995)
E. Pathways
F. Gambaran Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan
gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya
akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis
sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri
biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas.
Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan
sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan
oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul
akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
G. Pemeriksaan Penunjang
- Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
H. Penatalaksanaan
a. Tindakan
preventif
-
Penurunan berat badan
-
Pencegahan cedera
-
Screening sendi paha
-
Pendekatan ergonomik untuk
memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi
: obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif ; kompres
hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga
sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan
debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti
I. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan,
nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan
ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan
(misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
3.
Integritas Ego
- Faktor-faktor stress
akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
- Keputusasaan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran
tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4.
Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk
menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah,
penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5.
Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk
melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6.
Neurosensori
-
Kesemutan pada tangan dan kaki,
pembengkakan sendi
7.
Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan
tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pagi hari).
8.
Keamanan
-
Kulit mengkilat, tegang, nodul
sub mitaneus
-
Lesi kulit, ulkas kaki
-
Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga
-
Demam ringan menetap
-
Kekeringan pada mata dan
membran mukosa
9.
Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan
keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan,
vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi
katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan
Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif
pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses
inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan
besar menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi
kista tulang, penyempitan ruang sendi.
J. Diagnosa yang Mungkin Muncul dan Intervensinya
a. Nyeri akut/kronis berhubungan
dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi
sendi.
Intervensi:
- Kaji keluhan nyeri; catat
lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
- Beri matras/kasur keras, bantal
kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
- Bantu klien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat
tidur sesuai indikasi.
- Pantau penggunaan bantal.
- Dorong klien untuk sering
mengubah posisi.
- Bantu klien untuk mandi hangat
pada waktu bangun tidur.
- Bantu klien untuk mengompres
hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
- Pantau suhu kompres.
- Berikan masase yang lembut.
- Dorong penggunaan teknik
manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback,
visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
- Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
- Beri obat sebelum
aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
- Bantu klien dengan terapi
fisik.
Hasil
yang diharapkan/Kriteria evaluasi
- Menunjukkan nyeri berkurang
atau terkontrol
- Terlihat rileks, dapat
istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti program terapi.
- Menggunakan keterampilan
relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik
Berhubungan dengan :
- Deformitas skeletal
- Nyeri, ketidaknyamanan
-
Penurunan kekuatan otot
Intervensi:
- Pantau tingkat inflamasi/rasa
sakit pada sendi
- Pertahankan tirah baring/duduk
jika diperlukan
- Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak
terganggu.
- Bantu klien dengan rentang
gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika memungkinkan
- Dorongkan untuk mempertahankan
posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
- Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
- Kolaborasi ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis vasional.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi
- Mempertahankan fungsi posisi
dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
- Mempertahankan ataupun
meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh
- Mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
c. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan
Penampilan Peran berhubungan dengan:
-
Perubahan kemampuan melakukan
tugas-tugas umum
-
Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
- Dorong klien mengungkapkan
mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
- Diskusikan dari arti
kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien
dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
- Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan, ketergantungan
- Perhatikan perilaku menarik
diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
- Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
- Bantu kebutuhan perawatan yang
diperlukan klien.
- Ikutsertakan klien dalam
merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan peningkatan rasa
percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun tujuan atau rencana
realistis untuk masa mendatang.
d. Kurang Perawatan Diri
berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan,
nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Intervensi:
- Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
- Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program latihan.
- Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk memodifikasi
lingkungan.
- Kolaborasi untuk mencapai
terapi okupasi.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi:
- Melaksanakan aktivitas perawatan
diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
- Mendemonstrasikan perubahan
teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasikan
sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.
e. Resiko Tinggi terhadap Kerusakan
Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan :
- Proses penyakit degeneratif
jangka panjang.
- Sistem pendukung tidak adekuat.
Intervensi:
- Kaji tingkat fungsi fisik
- Evaluasi lingkungan untuk
mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
- Tentukan sumber-sumber
finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
- Identifikasi untuk peralatan
yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.
Hasil
yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
- Mempertahankan keamanan
lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
- Mendemonstrasikan penggunaan
sumber-sumber yang efektif dan tepat.
f. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan
Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan
berhubungan dengan:
- Kurangnya pemahaman/mengingat
kesalahan interpretasi informasi.
Intervensi
:
- Tinjau proses penyakit,
prognosis dan harapan masa depan
- Diskusikan kebiasaan pasien
dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet
seimbang, latihan dan istirahat.
- Bantu dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress.
- Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakologi terapi.
- Identifikasi efek samping obat.
- Diskusikan teknik menghemat
energi.
- Berikan informasi tentang alat
bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan.
- Dorong klien untuk
mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada
saat melakukan aktivitas.
- Diskusikan pentingnya
pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT.
- Beri konseling sesuai dengan
prioritas kebutuhan klien.
Hasil
yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
- Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/pragnosis dan perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk
perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Tindakan
|
1.
|
Nyeri
kronis berhubungan dengan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5 hari, klien akan:
-
Menunjukkan nyeri
hilang/terkontrol
-
Klien terlihat rileks dapat
tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
-
Mengikuti program terapi
-
Menggabungkan keterampilan
relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
|
-
Kaji keluhan nyeri, catat
lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri.
-
Beri matras dan kasur keras
bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien
beristirahat/tidur.
-
Bantu klien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk diskusi, tinggikan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi.
-
Pantau penggunaan bantal
-
Dorong klien untuk mengubah
posisi.
-
Bantu klien untuk
mengompres hangat pada sendi-sendi
yang sakit beberapa kali sehari.
-
Pantau suhu kompres
-
Dorong untuk menggunakan
|
2.
|
Kurang
perawatan diri berhubungan dengan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Melaksanakan aktivitas
perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien
-
Mendemonstrasikan perubahan
teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
-
Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi yang dapat memenuhi kebutuhan.
|
-
Diskusikan tingkat fungsi
umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi
-
Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
-
Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi rencana untuk memodifikasi
lingkungan.
-
Kolaborasi untuk terapi
okupasi
|
3.
|
Resiko
tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat:
-
Mempertahankan keamanan,
lingkungan yang meningkatkan perkembangan
-
Mendemonstrasikan penggunaan
sumber-sumber yang efektif dan tepat.
|
-
Kaji tingkat fungsi fisik
-
Evaluasi lingkungan untuk
mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri
-
Tentukan sumber-sumber
finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individu
-
Identifikasi sistem pendukung
yang tersedia untuk klien
-
Identifikasi untuk peralatan
yang diperlukan misalnya alat-alat bantu mobilisasi.
|
4.
|
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya kemampuan klien untuk
mengingat informasi yang diberikan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/prognosis dan perawatan
-
Mengembangkan rencana untuk
keperawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan
mobilitas dan atau pembatasan aktivitas
|
-
Tinjau proses penyakit,
prognosis dan harapan masa depan
-
Diskusikan kebiasaan klien
dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet
seimbang, latihan dan istirahat.
-
Bantu dalam merencanakan
jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri,
pemberian obat-obatan, terapi fisik dan manajemen stres.
-
Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen farmakologi terapi.
-
Identifikasi efek samping
obat.
-
Diskusikan teknik menghemat
energi
-
Berikan informasi tentang
alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk dan palang keamanan.
Beri
konseling sesuai prioritas kebutuhan klien.
Teknik
manajemen stres misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik
biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian
nafas.
-
Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
-
Beri obat sebelum aktivitas
latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
-
Bantu klien dengan terapi
fisik.
|
5.
|
Gangguan
Citra tubuh
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Mengungkapkan peningkatan
rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit perubahan gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
-
Menyusun tujuan rencana
realistis untuk masa mendatang.
|
-
Dorong klien mengungkapkan
mengenai masa lalu tentang proses penyakit, harapan masa depan.
-
Diskusikan arti dari
kehilangan/ perubahan pada dirinya. Memastikan bagaimana pandangan pribadi
klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termsuk aspek-aspek seksual.
-
Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan, dan ketergantungan.
-
Perhatikan perilaku menarik
diri, penyangkalan atau terlalu memperhatikan tubuh/ perubahannya.
-
Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien mengidentifikasi perilaku positif yang dapat emmbantu
koping.
-
Bantu kebutuhan perawatan
yang diperlukan klien.
-
Beri bantuan positif bila
perlu.
-
Ikutseratkan dalam
perencanaan dan pembuatan jadwal aktivitas.
|
6.
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat:
-
mempertahankan fungsi posisi
dengan tidak hadirnya kontraktor.
-
Mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan fungsi komponen bagian tubuh.
-
Mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
|
-
Pantau tingkat inflamasi/rasa
sakit pada sendi.
-
Pertahankan tirah baring/
duduk jika diperlukan.
-
Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak
terganggu.
-
Bantu klien dengan rentang
gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
-
Dorong klien untuk
mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
-
Berikan lingkungan yang aman.
-
Kolaborasi ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
|
DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan
proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran, Bandung, 1996
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta,
EGC.
Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih
Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease
Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua,
Jakarta, Balai Penerbit FKUI.