Makalah Suhu Tubuh
DAFTAR ISI ...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN...................................................
1.1 Latar
Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan
......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................
2.1 Pengertian Suhu tubuh
............................................................
2.2 Asal Panas Pada Tubuh Manusia
...........................................
2.3 Macam-Macam Suhu Tubuh
...................................................
2.4 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
..............................................
2.5 Mekanisme Ketika Suhu Tubuh Berubah
................................
2.6 Reseptor suhu
...........................................................................
2.7 Penyaluran Sinyal Suhu Tubuh Pada
Sistem Saraf ..................
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
................................
2.9 Ganguan pengaturan Suhu Tubuh
............................................
2.10 Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan
Suhu...........
BAB III
PENUTUP.............................................................
1.1 Kesimpulan
.................................................................................
1.2 Saran
...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu tubuh
adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer
yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah
tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya,dikarenakan hal tersebut dalam
makalah ini kami akan membahas tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana perubahan suhu tubuh yag terjdi pada manusi?
2. Bagaimana sistem dan mekanisme purubahan suhu tubuh?
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa
tentang
mekanisme perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia,
system pengaturan suhu
tubuh, reseptor suhu, penjalaran sinyal
suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta
gangguan suhu suhu
tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suhu Tubuh
Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu
tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum,
membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan
seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa
dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas
dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang
terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat
dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan
dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi
suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set
point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada
37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas
sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi
blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa
dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static )
Bila seseorang
berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat
akan dialami oleh orang
tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak
lagi dirasakan dan kalau ia keluar
dari air dan masuk kembali maka
ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini
terjadi karena suhu tubuh
beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang
baru.
Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman).
Rasa hangat
yang mantap akan dirasakan bila suhu berada
di atas 36°C dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 17°C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada
pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu.
Suhu awal kulit,
kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang
terpapar tehadap rangsangan suhu.
Pada suhu kulit yang rendah,
ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa
dingin rendah.
Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh
terhadap timbulnya rasa
panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang
terpapar juga berpengaruh pada rasa
timbulnya panas/dingin.
3. Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan
kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan
dingin dan panas terlokasi
pada titik-titik tertentu.
Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah
dibandingkan dengan
titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak
dibandingkan
dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka
terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2 Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Pembentukan
panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme
yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan
menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis);
aktivitas otot yang merupakan
upaya.
4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis)
Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir.
Sumber energi
pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak
biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak
dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf
simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat,
yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui
lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang
kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel
brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis.
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui
pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi
ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang
elektromagnetik melalui suatu ruang. Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek
yang berbeda suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut. Konveksi ialah
perpindahan panas melalui aliran udara/ air. Evaporasi ialah perpindahan panas
melalui ekskresi air dari permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.
Keseimbangan panas (Silverthorn, 2004)
2.3 Macam – macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
- Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36,4°C
- Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5°C – 37,5°C
- Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,6 – 40°C
- Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan
distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan
(sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
2.4 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh
adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer
yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu
organ-organ dalam
(kepala, dada, abdomen) yang
dipertahankan mendekati 37°C.2. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan
suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh.
Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan
suhu rata-rata gabungan
suhu inti dan suhu kulit.
Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu
tubuh:
1. The mercury-in-glass thermometer
2. The electrical digital reading thermometer
3. A radiometer attached to an auriscope-like head
(untuk pengukuran suhu timfani)
2.5 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu
Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh
ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi
pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada
semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan
dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang
menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit,
yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran
keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan
suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang
panas
suhu tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali
lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme
tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran
impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke
seluruh
kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada
saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga
dapat mengeluarkan keringat
karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa
mekanisme pembentukan panas seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh
ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus
posterior. Piloereksi
Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat
pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada
manusia, tetapi pada binatang tingkat
rendah, berdirinya bulu ini
akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan
panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.
2.6 Reseptor Suhu
Setimulus dapat
datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara, kelembapan,cahaya. Alat
penerima rangsang reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor.
Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel
syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput myelin dan dapat di temukan
pada reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau nociresetor.
Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang
1. INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk
menerima rangsang dari
dalam tubuh.
2. KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi
memantau pH, kadar gula dalam darah
dan kadar kalsium
dalam cairan tubuh atau darah.
3. EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang
berfungsi menerima
rangsang dari lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima
gelombang suara (pada alat pendengaran) dan
cahaya (dalam alat pengelihatan).
4. HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR
dalam system syaraf, reseptor biasanya berhubungan dengan
syaraf sensorik
(AFFERENT) sedang efektor erat dengan
syaraf motorik(EFERENT).
Reseptor
berfungsi sebagaipengubah energy, mengubah bentuk suatu energy menjadi bentuk
tertentu dan didalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial
aksi. Apabila suatu resektor menerima rangsangan yang sesuaimaka membrane
reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika rangsangan yang diterima
reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih kuat. Makin besar
rangsangan yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan
sehingga dapat melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial
generator.
2.7 Penjaluran Sinyal Suhu Tubuh
Pada Sistem Saraf
Pusat
pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu
kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area.
Area ini menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan
membran mukosa serta dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic
membangkitkan impuls syaraf pada frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat
dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-impuls syaraf dari area
preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari hipotalamus diketahui sebagai pusat
hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana ketika distimulasi oleh area
preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional yang meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut. Termoregulasi adalah proses
fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan
secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin
atau hangat (Myers, 1984). Pusat pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus,
oleh karena itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme engaturan suhu tubuh
juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme
pengaturan suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf
baik otonom, somatic dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan
suhu oleh system persyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja
system endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH.
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu
Tubuh
Setiap saat
suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise
Semakin
beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi
20 x dari basal ratenya.
2. Hormon
(Thyroxine dan
Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan
hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf
Selama exercise
atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon
epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga
meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
Meningkatnya
suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan
reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan dapat
meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rateterutama intake tinggi protein.
6. Berbagai macam factor seperti
Gender, iklim dan status malnutrisi.
7. Usia
Pada saat
lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi
memasuki masa anak-anak. regulasi suhu akannormal setelah anak
mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat
turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat, penurunan metabolisme.
8. Olahraga
Aktivitas otot
memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
9. Kadar Hormon
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
10. Irama
sirkardiansuhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 °C
selama periode
24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00
dan 04:00 dini hari.
11. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persyarafan
12. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh
suku disekitar.
Walaupun
terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostasis yang
dapat dipertahankan dalam rentang
normal. Suhu tubuh yang normal adalah
mendekati suhu tubuh inti
yaitu sekitar 36,5 - 37,5°C. suhu tubuh manusia mengalami
fluktuasi
sebesar 0,5 – 0,7 °C, suhu terendah pada malam hari dan
suhu
tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus
sesuai dengan panas
yang hilang.
13. Demam
( peradangan ).
Proses
peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatanmetabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
2.9 Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
Diantaranya disebabkan oleh:
1. Demam
Demam merupakan
mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatanringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh.
Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena
virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan
penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam
waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan
konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7%
untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi
yang memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan
akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan
suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuhuntuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan
obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heat stroke
Pajanan yang
lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang
masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik,
yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas
(misalnya fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan
antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani
latihan olahraga atau kerja yang berat (misalnya atlet, pekerja
konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk
gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling penting
adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke
dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan
suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi.
Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus
berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif, terjai
kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran
panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas
sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
- Ringan 34,6 - 36,4°C per rektal
- Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
- Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
- Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia
aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa
jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung,
disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif
terhadap stimulus nyeri.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat
berikut:
1. Ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2. Anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3. Mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat
pada tabel berikut:
USIA
|
SUHU(DERAJAT CELCIUS)
|
3 Bulan
|
37,5°C
|
6 Bulan
|
37,5°C
|
1 Tahun
|
37,7°C
|
3 Tahun
|
37,2°C
|
5 Tahun
|
37,0°C
|
7 Tahun
|
36,8°C
|
9 Tahun
|
36,7°C
|
11 Tahun
|
36,7°C
|
13 Tahun
|
36,6°C
|
Dewasa
|
36,4°C
|
>70 Tahun
|
36,0°C
|
2.10 Fisiologi
Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
Bagian otak
yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan
hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan
hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior
(PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah,
piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi
hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan
basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan
terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme
feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora,
2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke
area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel
neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing
hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi
TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk
melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan
TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ
fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal,
diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis
yang
menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami
vasokonstriksi. Vasokonstriksi
menurunkan aliran darah hangat,
sehingga perpindahan panas dari organ internal
ke kulit. Melambatnya
kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh
internal
meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
2. Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal
merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam
darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme
selular, dimana meningkatkan produksi
panas.
3. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan
tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi
siklus yang berulang-ulang
yang disebut menggigil. Selama menggigil
maksimum, produksi panas tubuh dapat
meningkat 4x dari basal rate
hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan
lebih hormon
tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid
secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan
peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
meningkat diatas normal
maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan
dengan yang
telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah merangsang
termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic,
dimana
sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan
menghambat pusat peningkatan
panas. Impuls syaraf dari pusat
penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh
darah di kulit.
Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan
melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume
aliran darah
dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin.
Pada waktu yang
bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak
terjadi menggigil. Tingginya
suhu darah merangsang kelenjar keringat
kulit melalui aktivasi syaraf simpatis
hipotalamik. Saat air menguap
melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih
dingin. Respon ini
melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu
tubuh kembali normal. Skema mekanisme feedback negatif
menghemat atau meningkatkan produksi panas menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suhu tubuh
adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer
yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke
lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat
Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi,
dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,
hormone, system saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia,
aktivitas otot, stress.
3.2 Saran
Sebaiknya kita
selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat dan tidak
mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan
normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Tortora, J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of
anatomy and physiology. (9th ed.). Toronto:
John Wiley & Sons, Inc _______(2000). Temperature
regulation. Diambil pada 14 Februari 2006. dari
http://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.html
Journal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic
releasing factors. Diambil pada 14 Februari 2006 dari
http://joe.endocrinologyjournals. org/cgi/content/full Journal of
Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic homeostatic systems.
Diambil pada 13 Februari 2006 dair
http://www.endotxt.org/neuroendo/neuroendo3b.html
Myers, R.D. (1984). Neurochemistry of thermoregulation. The Physiologist,27,
(1), 41-46