SAP TBC


SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PADA KELUARGA NY T DENGAN TBC



Topik                : TBC
Sub Topik        : Penanganan TBC
Sasaran            : Keluarga Ny T
Hari/Tanggal  : Kamis/ 25 Februari 2016
Jam                   : 13.00 wib
Waktu               : 20 menit
Tempat             : Rumah Ny T

A.    Latar belakang masalah
Di Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBC adalah penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20- Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah diserang oleh penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan kematianan.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya penemuan obat baru terus dilakukan.

B.     TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat menginformasikan dan mengetahui  tentang penyakit TBC sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

C.    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIM)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga Ny T dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC
3. Gejala – gejala TBC
4. Pengobatan TBC
D.    STRATEGI PELAKSANAAN
        Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa
           1. Ceramah dan
           2. Tanya jawab.

E.     DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANAAN

NO
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1
2 Menit
Pembukaan :
-  Memberi Salam
-  Menjelaskan tujuan Pembelajaran
-  Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan

-   Menjawab Salam
-   Mendengarkan dan memperhatikan
2
10 Menit
Pelaksanaan :
-  Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur

- Menyimak dan memperhatikan


Materi :
1.      Pengertian TBC
2.      Proses penularan TBC
3.      Gejala – gejala TBC
4.      Pengobatan TBC
-Menyimak dan memperhatikan
3
6 Menit
Evaluasi :
- Meminta saudara menjelaskan atau menyebutkan kembali :
      1. Pengertian TBC
      2. Gejala – gejala TBC
- Memberikan pujian atas keberhasilan ibu menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki kesalahan,serta menyimpulkan.

-Bertanya,dan menjawab pertanyaan
4
2 Menit
Penutup :
-Mengucapkan terimakasih dan mengucapkan salam

-Menjawab salam


F.      MEDIA PENYULUHAN
Media Penyuluhan yang digunakan:
1.  Materi SAP
2.  leaflet
3.  lembar balik

G.    METODE EVALUASI
         a. Metode Evaluasi  : Tanya jawab
         b. Jenis Evaluasi       : Lisan

H.    KRITERIA EVALUASI
          1. Keluarga  mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.
          2. Keluarga  mengetahui dan memahami bagaimana 
          proses penularan TBC.
          3. Keluarga  mahami dan mengetahui bagaimana gejala–gejala yang
          ditimbulkan dari penyakit TBC
          4. Keluarga  mengetahui cara pencegahan yang tepat dan 
          benar terhadap penyakit TBC.
 I.    MATERI
   1. Pengertian TBC
   2. Proses penularan TBC
   3. Gejala – gejala TBC
   4. Pengobatan TBC

J.    MATERI
TBC/Tuberkulosis
      1. Pengertian TBC/Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Chinadalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

     2. Proses Penularan TBC
       Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.
      Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
      
3. Gejala – gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
     a. Gejala sistemik/umum
           1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya 
           dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang 
           serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
           2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
           3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu 
           (dapat disertai dengan darah).
           4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
     b. Gejala khusus
           1)  Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, 
           bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju 
           ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang 
           membesar, akan menimbulkan suara "mengi", 
           suara nafas melemah yang disertai sesak.
           2) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),
           dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
           3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti 
           infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran
           dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan 
           keluar cairan nanah.
           4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
           dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
           adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan 
           kejang-kejang.
            Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulinpositif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.


     4. Pengobatan Penderita TBC
      a. Tahap pencegahan 
                 Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent 
       Hostdan  Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang
       dapat dilakukan antara lain :
            1) Pencegahan Primer
      Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan
      TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan 
      pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan 
      sebelumnya yang sudah tinggi.
      Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi; 
      (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
            internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan
            orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi
            yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan 
            dan lingkungan
     (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika
            kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan
            pasteurisasi produk ternak.
      (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada 
             pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi,
             sakit kronis dan mental.

    2) Pencegahan Sekunder
          Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar 
    pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama 
     AgentHost dan Lingkungan.
          Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan
    aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari
    finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat
    dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,
    sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan
    tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi 
    dari petunjuk yang paling efektif.
          Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan 
    rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan
    Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan 
    membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat 
    mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan
    bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap 
    epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk
    membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan 
    menghindari tekanan psikis.

     3. Pencegahan Tersier
         Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC.
   Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan
   usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama 
   fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi 
   pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan 
   kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk 
   mengurangi cacat sosial dari TBC, serta 
   penegasan perlunya rehabilitasi.
 
     b. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

     5. Mendiagnosa TBC
Harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang dipastikan menderita TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC.
Dahak yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu:
       a. Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan 
       kesehatan, disebut dahak Sewaktu pertama (S).
       b. Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur,
       kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan, 
       disebut dahak Pagi (P).
       c. Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan
       dahak pagi, disebut dahak Sewaktu kedua (S).

     6. Tempat pengobatan penderita TBC
  Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma (GRATIS).

      7. Mengetahui kemajuan pengobatan 
             Keluhan berkurang atau hilang, berat badan bertambah, nafsu makan meningkat. Pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal juga menunjukkan hasil negatif.




DAFTAR PUSTAKA
Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html