PROPOSAL TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK
PASIEN DENGAN “ RESIKO
PERILAKU KEKERASAN”
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha
esa,karena dengan rahmat dan ridhonya lah kami dapat menyelesaikan proposal
terapi aktivitas kelompok ini dengan tepat waktu.
Proposal ini kami buat dengan tujuan melatih psikomotorik
dan aktivas pada klien dengan gangguan kejiwaaan dengan masalah keperawatan
prilaku kekerasan yang di banyak terdapat di ruang Gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondho Utomo
Diharapkan dalam pelaksanaan nya perawat dapat kompeten
melakukan terapi aktivitas kelompok dengan klien risiko prilaku kekerasan di
Ruang Gathutkaca. Tak ada ganding yang tak
retak, begitu pula dalam pembuatan proposal masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang, 29 Februari 2016
PENULIS
TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK
“ RISIKO PERILAKU
KEKERASAN ”
I. TOPIKSESI 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan Yang Biasa Dilakukan
II. LANDASAN TEORI
Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. (Berkowitz, 1993). Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik. (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu
dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993). Respon kemarahan dapat di
fluktuasi dalam rentang adaptif – maladaptif. Rentang respon kemarahan dapat
digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif
adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri
orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang
timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu
ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
c. Pasif
adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yangdialami.
d. Agresif
merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang
agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa
setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan men gharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e. Mengamuk
adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat
merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
Stress, cemas, marah merupakan
bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Strees
dapat menyebabkan pemicu kemarahan.stressor yang kuat dapat menyebabkan
mekanisme koping seseorang tak adekuat sehingga terjadi penyimpangan perilaku
kekerasan pada seseorang.
Kemarahan
dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada
juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala
atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
sebagai berikut :
a. Perubahan
Fisiologi : tekanan darah meningkat,
denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat,
mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks
tendon tinggi.
b. Perubahan
Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak
tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan
Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.
Perilaku
yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang
atau menghindar (fight of flight): Pada
keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi
b. Menyatakan secara asertif
(assertiveness)
Perilaku
yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping
itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak
(acting out): Perilaku
yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan: Tindakan kekerasan atau amuk
yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Mekanisme
koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa
mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a. Sublimasi : menerima suatu
pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang
marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan
akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang
lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c. Resepsi : mencegah pikiran yang
menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya : seseorang anak
yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya
d. Reaksi formasi : mencegah keingiinan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan
perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.
III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
1.
Klien dapat menyebutkan
kemarahannya
2. Klien
dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
3. Klien
dapat menyebutkan reksi yang dilakukan saat marah
4. Klien
dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B. TUJUAN KHUSUS
1. Klien dapat menyebutkan
kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan
kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
IV. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK
1.
Klien yang sudah tenang dan
kooperatif
2. Klien
yang tidak terlalu gelisah
3. Klien
yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok
4. Klien
tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
5. Kondisi
fisik dalam keadaan
baik
6. Mau
mengikuti kegiatan terapi aktifitas kelompok
V. PROSES SELEKSI
1.
Mengobservasi klien yang masuk
kriteria.
2. Mengidentifikasi
klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan
klien yang masuk kriteria.
4. Membuat
kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi : menjelaskan tujuan
TAK PK pada
klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.
VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Tempat
Pertemuan
- Ruang Gatotkaca RSJD Dr. Amino Gondho Utomo
- Waktu
- 30-45
menit
2.
Jumlah anggota
Adapun
jumlah seluruh anggota kelompok adalah 9
orang, yang terdiri dari :
- Perawat : 3
orang
- Pasien : 6 orang
3.
Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi tanya jawab
- Bermain
peran atau stimulasi
4. Perilaku
yang diharapkan dari klien Klien
mampu :
- Menyebutkan
kemarahannya
- Menyebutkan
respon yang dirasakan saat marah
(tanda dan gejala marah)
- Menyebutkan
reksi yang dilakukan saat marah
- Menyebutkan
akibat perilaku kekerasan
5. Rencana kegiatan
a. Persiapan
- Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b.
Orientasi
1) Salam terapeutik
a)
Salam dari terapis kepada klien
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
2) Orientasi kerja
a) Salam dari terapis kepada
klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan
terapis (pakai papan nama)
c) Menanyakan nama dan panggilan
semua klien
(beri papan nama)
3) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan
perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
4) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
b) Menjelaskan aturan main
sebagai berikut:
· Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis
· Lama kegiatan 45 menit
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
6. Tahap kerja
a. Mendiskusikan
penyebab marah
·
Tanyakan pengalaman setiap klien
·
Tulis di kertas
b. Mendiskusikan
tanda dan gejala yang dirasakan klien
saat terpapar oleh penyebab marah sebelum
perilaku kekerasan terjadi
·
Tanyakan perasaan setiap klien saat terpapar oleh penyebab
(tanda dan gejala)
·
Tulis di kertas
c. Mendiskusikan perilaku
kekerasan yang pernah di lakukan klien
(verbal, merusak lingkungan,
menciderai/memukul orang lain
dan memukul diri sendiri)
· Tanayakan perilaku yang dilakukan saat marah
· Tulis di kertas
d. Membantu klien memilih perilaku
kekerasan yang
paling sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan
bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan
yang tidak berbahaya (terapis
sebagai sumber penyebab dan
lien yang melakukankkekerasan)
f. Menanyakan
perilaku klien setelah selesai bermain simulasi
g. Mendiskusikan
dampak/akibat perilaku kekerasan
· Tanyakan akibat perilaku kekerasan
· Tuliskan di papan tulis/flipchart/withtboard
h. Memberikan
reinforcemen pada peran serta klien
i. Dalam menjalankan a sampai h,
upayakan semua klien terlibat
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda
dan gejala perilaku kekerasan
yang terjadi, dan akibat dari perilaku kekerasan
k. Menanyakan
kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang
sehat menghadapi kemarahan.
7. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
· Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
· Memberikan reinforcement positif terhadap
perilaku klien yang positif
b. Tindak lanjut
· Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi
jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang
terjadi serta akibat perilaku kekerasan
· Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda
dan gejala
perilaku kekerasan dan akibadan gejala perilaku kekerasan
dan akibat
yang belum diceritakan
c. Komntrak yang akan datang
· Menyepakati
belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan
· Menyepakati
waktu dan tempat TAK berikutnya
8. Alat
bantu yang digunakan
- Papan tulis /flipcart/witeboard
- Kapur/spidol
- Papan nama
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
9. Alokasi
waktu
a. Orientasi 08.00-08.10
1) Salam terapeutik
2) Orientasi
3) Evaluasi validasi
4) Kontrak
b. Kerja 08.10-08.40
1) Mendiskusikan penyebab marah
2) Mendiskusikan tanda dan gejala
3) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang telah dilakukan klien
4) Memilih perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
5) Mendiskusikan dampak/akibat dari perilaku kekerasan
c. Terminasi 08.40-08.45
1) Evaluasi
2) Tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang
10. Pembagian tugas
a.
Leader : Rizki Adi Pranata
Tugas :
1) Katalisator, yaitu mempermudah
komunikasi dan interaksi
dengan menciptakan situasi dan kondisi yang
memungkinkan
klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.
2) Auxilergy Ego, yaitu sebagai
penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi
3) Koordinasi, yaitu mengarahkan
proses kegiatan pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota
untuk
terlibat dalam kegiatan
b.
Co Leader : Novita Dwi Wahyuni
Tugas :
1) Membuka acara
2) Mendampingi leader
3) Mengambil posisi leader jika leader blocking
4) Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5) Menutup acara diskusi
c.
Terapis :
1.
I Wachyu Saputra
2. Aldo Pratama
3. Nanang Murdani
4. Praja Ngesti
5. M. Dimas Hidayatulloh
Tugas
:
1) Mempertahankan kehadiran
peserta
2) Mempertahankan dan
meningkatkan motivasi peserta
3) Mencegah gangguan dan hambatan
terhadap kelompok
baik luar maupun dalam kelompok.
4) Memberikan terapis
d. Fasilitator : Tirta Ratna Sakti
Tugas :
1) Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan pesrta
2) Menuntun peserta apabila ada yang kurang jelas
3) Membantu dalam mengantisipasi masalah klien
e. Observer : Tira Raih Anggraina
Tugas :
1) Mengidentifikasi
kedalam kegiatan
2) Mengidentifikasi
strategi yang digunakan leader
3) Mengamati
dan mencatat :
a) Jumlah anggota yang hadir
b) Siapa yang terlambat
c) Daftar hadir
d) Siapa yang memberi pendapat
atau ide
e) Toik diskusi
4) Mencatat
modifikasi strategi untuk kelompok
yang akan datang
5) Memprediksi
respon anggota kelompok pada
sission berikutnya.
f. Pasien :
1) Bambang
2) Baron
3) Endang
4) Feriyandi
5) Surya Dharma
11. Setting tempat
X
* X * * <
O X
Q X * * >
X
Keterangan :
Leader : O
Co leader : Q
Terapis
: *
Fasilitator : <
Observer : >
Pasien
: X
12. Tata tertib dan
Antisipasi Masalah
a. Tata tertib :
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2) Berpakaian rapid an bersih
3) Peserta tidak diperkenankan makan dan
minum selama
kegiatan TAK
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib
dibacakan selama 5 menit, dan bila
peserta tidak kembali ke
ruangan maka peserta tersebut diganti peserta
cadangan.
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah
tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan
tidak bisa mengikuti kegiatan
lain setelah dibujuk oleh
fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat
diganti
oleh peserta cadangan.
6) Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat
tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b. Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan
anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau
sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka
diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara
ditawarkan terlebih dahulu kepada
peserta.
4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan
dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan
setelah dilakukan
penawaran.
5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan
dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang
tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan
mengarahkan kembali, bila tidak bisa diarahkan akan
dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
13. Kriteria evaluasi
No :
Nama Klien :
Penyebab PK:
Memberi
Tanggapan Tentang Tanda dan Gejala Prilaku Kekerasan
dan Akibat Prilaku Kekerasan
Petunjuk
:
a. Tulis nama panggilan pasien
klien yang ikut TAK
pada kolom nama klien
b. Untuk tiap klien, beri
penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasan tanda dan
gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Beri tanda”√” jika klien mampu dan tanda “X”
jika klien tidak mampu
Dokumentasi
:
Dokumentasi
tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien
mengikuti sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan.
Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
(karena tidak
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (gregetan dan deg-deg
kan), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit
dan di bawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan
menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.
Evaluasi
dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
simulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah
mengetahui penyabab perilaku, mengenal tanda dan gejala,
perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan
VII. PENUTUP
Demikian
proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
III. DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi
Anna.(2004).Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC