Laporan Pendahuluan DHF
BAB I
KONSEP MEDIS
I
DEFINISI
DHF adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan
sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004
)
DHF adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341;
1997 )
DHF adalah penyakit
demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok.
( Suryanah; 191; 1996 )
II
ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup
Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. ( Hendarwanto; 417; 2004 )
III
TANDA DAN GEJALA
Derajat I (
ringan ) : demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet
positif, kepala pusing,
badan mulai pegal – pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38° – 39° C
Derajat II (
sedang ) : perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung
jari dan hidung teraba
dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer,
ganguan rasa
aman dan nyaman
Derajat III (
berat ) : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau
hipotensi
disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
Derajat IV ( syok
) :
anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur (
Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut WHO ( 1986
) :
1.
Demam akut, yang tetap tinggi
selama 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak
spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian,
kepala
2.
Manifestasi perdarahan :
-
Uji tourniquet positif
-
Petekia, purpura, ekimosis
-
Epitaksis, perdarahan gusi
-
Hematemesis, melena
3.
Pembesaran hati yang nyeri
tekan tanpa ikterus
4.
Dengan / tanpa renjatan
Renjatan
biasanya terjadi saar demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam
biasanya mempunyai prognosis buruk.
5.
Kenaikan nilai hematokrit /
hemokonsentrasi
IV
PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah
virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik – bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan
hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (
perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita
DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala utnuk mengetahui
berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingg apemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
utnuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut
3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan
tanda – tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru,
saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan
dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati. (
Effendy; 1; 1995 )
V
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kmia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin
meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
c. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari
ke 5 dengan gangguan maturasi.
d. Serologi
1. Serum ganda : pada masa akut
dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji
peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
2. Serum tunggal : ada atau
tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M
antidengue.
e. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik
dari pasien hidup melalui biopsi ; dari pasien yang meninggal melalui otopsi (
Hendarwanto; 422; 2004 ).
VI
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak. Bila belum ada
nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu,
air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat
simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres,
antipiretik golongan
asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal
karena bahaya
pendarahan.
4. Antibiotik diberikan bila
terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a.
Pemasangan infuse dan
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi,
tekanan darah, suhu an pernapasan tiap jam, serta
Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada
hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan
dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48
jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase; sejumlah 15 – 29
ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan
teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberi transfuse darah. (
Mansjoer; 432; 2001 )
VII.
PATHWAY
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Data Subjektif :
o
Lemah
o
Panas atau demam
o
Sakit kepala
o
Anoreksia; mual; haus; sakit
saat menelan
o
Nyeri ulu hati
o
Nyeri pada otot dan sendi
o
Pegal – pegal pada seluruh
tubuh
o
Konstipasi
Data Obyektif :
o
Suhu tubuh tinggi; menggigil;
wajah tampak kemerahan ( flushing )
o
Mukosa mulut kering; perdarah
gusi; lidah kotor
o
Tampak bintang merah pada kulit
( petekie ); uji tourniquet positif; epitaksis; akimosis;
hematoma;
hematemesis; melena
o
Hyperemia pada tenggorokan
o
Nyeri tekan pad aepigastrik
o
Pada palpasi teraba adanya
pembesaran hati dan limpa
o
Pada renjatan ( derajat IV );
nadi cepat dan lemah; hipotensi; ekstremitas dingin;
gelisah; sianosis perifer;
napas dangkal ( Effendy; 10; 1995 )
II.
FOKUS INTERVENSI
1.
Peningkatan suhu tubuh (
hipertermia ) b/d proses penyakit ( viremia )
KH : - Suhu tubuh normal ( 36° – 37° C )
-
Pasien bebas dari demam
Intervensi :
- Kaji saat timbulnya demam
- Observasi TTV setiap 3 jam
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum ± 2,5 L/24 jam
- Berikan kompres dingin
- Anjurkan untuk tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal
- Berikan therapy intravena dan
obat – obatan sesuai program dokter
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah, anoreksia dan sakit saat
menelan
KH : Kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi
yang diberikan
Intervensi :
- Kaji keluhan yang dialami
pasien
- Beri makanan yang mudah ditelan
seperti bubur, tim dan dihidangkan saat
masih hangat
- Memberikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering
- Catat jumlah / porsi yang
dihabiskan pasien
- Berikan nutrisi parental (
kolaborasi dengan dokter ), obat – obat antasida
- Ukur BB pasien setiap hari
3. Kurang pengetahuan
tentangproses penyakit, diet, perawatan dan obat b/d kurang imformasi
KH : Pengetahuan
tentang proses penyakit meningkat dan pasien / keluarga mampu
menceritakan
kembali
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
/ keluarg atentang DHF
- Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan obat dengan bahada dan
kata – kata yang mudah
dipahami
- Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien
- Berikan kesempatan pada pasien
/ keluarga untuk menanyakan hal – hal
yang ingin diketahui sehubungan dengan
penyakit yang dialami pasien
- Gunakan leaflet atau gambar
dalam memberikan penjelasan
4.
Potensial terjadinya perdarahan
lebih lanjut b/d trombositopenia
KH : - Tidak terjadi tanda - tanda perdarahan lebih lanjut
-
Jumlah trombosit meningkat
Intervensi :
- Monitor tanda penurunan
trombosit yang disertai dengan tanda – tanda dan
konsul
-
Berikan penjelasan tentang
pengaruh trombositopenia pada pasien
- Monitor jumlah trombosit setiap
hari
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat
- Berikan penjelasan pada pasien
/ keluarga untuk segera melapor jika ada
tanda perdarahan lebih lanjut
- Jelaskan obat – obat yang
diberikan dan manfaat serta akibatnya
- Antisipasi terjadinya perlukaan
/ perdarahan
5.
Gangguan aktivitas sehari –
hari b/d kondisi tubuh yang lemah
KH : - Kebutuhan aktivitas sehari –hari terpenuhi
-
Pasien mampu mandiri setelah
bebas demam
Intervensi :
-
Kaji keluhan pasien
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sehari – hari sesuai dengan
tingkat keterbatasan pasien
- Bantu pasien untuk mandiri
dengan perkembangan kemajuan fisik
- Beri penjelasan tentang hal –
hal yang dapat membantu dan
meningkatkan kekuatan fisik
- Letakkan barang – barang
ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien
- Siapkan bel didekat pasien
6.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d
mekanisme patoligis
KH : - Rasa nyaman pasien terpenuhi
-
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri pasien
-
Kaji faktor – faktor ynag
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
-
Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang tenang
-
Berikan teknik relaksasi dan
distraksi
- Berikan obat analgetik (
kolaborasi dokter )
7.
Potensial terjadi syok
hipovolemik b/d perdarahan
KH : - tidak terjadi shock hipovolemik
-
TTV dalam batas normal - KU baik
Intervensi :
- Monitor KU pasien
- Observasi TTV tiap 2 – 3 jam
- Monitor tanda – tanda
perdarahan
- Anjurkan pada pasien / keluarga
untuk segera melapor jika ada
tanda – tanda perdarahan
- Beri terapi cairan intravena
dan transfuse jika terjadi perdarahan
( kolaborasi dokter )
- Segera puasakan jika terjadi
perdarahan saluran pencernaan
- Cek Hb, Ht, trombosit
- Perhatikan keluhan pasien
- Berikan obat – obatan untuk
mengatasi perdarahan sesuai dengan
program dokter
- Baringkan pasien terlentang
atau posisi datar
8.
Koping individu yangtidak
efektif b/d perawatan di rumah sakit
KH : - Pasien dapat mengidentifikasikan kekuatan dirinya,
kping yang efektif dan memanfaatkan sumber – sumber eksternal, menetapkan cara
mengatasi masalah selama dirawat di Rumah Sakit
Intervensi :
-
Berkomunikasi dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh pasien
melindungi pasien dari situasi stress
- Berikan kesempatan dan dorongan
pada pasien untuk mngungkapkan
perasaan dan persepsinya
- Bantu pasien mengkaji dan
mengidentifikasi situasi dan masalah
yang timbul
- Diskusikan dan Bantu pasien
mengidentifikasi koping yang efektif
- Libatkan pasien dan keluarganya
dalam perawtan diri
9.
Potensial terjadi reaksi
transfuse b/d pemberian transfuse
KH : - reaksi transfusi tidak terjadi
Intervensi :
- Pesan darah / komponen darah
sesuai dengan instruksi medis
-
Gunakan blood set untyuk
pemberian transfuse
- Observasi TTV pasien
-
Jelaskan tanda – tanda reaksi
transfuse
-
Anjurkan keluarag / pasien
melapor tanda – tanda reaksi transfusi
10.
Kecemasan b/d kondisi pasien
yang memburuk
KH : - Kecemasan berkurang
Intervensi :
-
Kaji rasa cemas yang dialami
pasien / keluarga
- Tunjukkan sikap empati
- Beri kesempatan pada pasien /
keluarga untuk mengungkapkan
rasa cemasnya
- Gunakan komunikasi terapeutik
- Jawab semua pertanyaan pasien /
keluarga dengan jujur dan benar
(
Effendy; 29; 1995 )